Ahlan Wasahlan,Ikuti terus blog kami karena Insya Allah website ini akan kami Update tiap hari selain dapat Ilmu anda juga bisa beramal gratis dengan mngklik iklan-iklan yang ada jazaakumulloh

Rois Akbar diganti Rois Am

 Sekadar ngopi:


*TOKOH NU DULU DAN SEKARANG:*

_Dulu saling menolak,  sekarang  berebut._


Meski Malaikat Turun, Kiai As'ad Syamsul Arifin & Kiai Mahrus Ali Tidak Mau jadi pengurus. 

-----------------------------------------

Gus Mus pernah bercerita bahwa dalam hal struktur kepengurusan di NU dulu punya tradisi selalu berebut menolak untuk memegang jabatan. Kiai Abdul Wahab dan Kiai Bisri Syansuri menolak menjadi Rais Akbar karena masih ada Kiai Hasyim Asy’ari.


Sepeninggal Kiai Hasyim tahun 1947, keduanya merasa keberatan menggantikan posisi Kiai Hasyim, terlebih Kiai lainnya. Akhirnya Kiai Wahab bersedia. Itu pun dengan konsensus Rais Akbar diganti dengan istilah Rais Aam. Karena menurut Kiai Wahab, gelar Rais Akbar hanya patut di sandang oleh Kiai Hasyim Asy'ari saja.


Saat Kiai Wahab sakit karena sepuh, muktamirin sepakat menunjuk Kiai Bisri Syansuri sebagai pengganti. Namun Kiai Bisri tetap menolak. Menurut Kiai Bisri, selama masih ada Kiai Wahab, meski beliau sakit dan hanya bisa sare-an (tiduran) saja, beliau tidak akan bersedia mengganti posisi Kiai Wahab.

Sepeninggal Kiai Wahab Hasbullah tahun 1971, maka Kiai Bisri Syansuri bersedia menjadi Rais Aam tahun 1972. Dan beberapa tahun menjadi Rais Aam kemudian beliau wafat tahun 1980. Para Kiai sepuh berembug (berdiskusi) memilih pengganti Kiai Bisri Syansuri.


Saat itu, Kiai As’ad Syamsul Arifin yang ditunjuk oleh para Muktamirin untuk menjadi Rais Aam, dengan dalih Kiai As'ad lah satu-satunya orang yang pernah menjadi penghubung antara Syaikhona Kholil dengan Kiai Hasyim Asy'ari ketika akan mendirikan NU. Tetapi beliau menolak dengan tegas karena merasa belum pangkatnya.

“Saya hanya bisa aktif di NU, tetapi tidak pantas menduduki jabatan itu. Saya lebih baik berperan di balik layar, menjaga dan menjalankan amanah yang di berikan Kiai Hasyim Asy'ari kepada saya”. Begitulah dawuh beliau.


Bahkan saat dipaksa oleh para Kiai, Kiai As’ad berkata: “Meskipun Malaikat Jibril turun dari langit untuk memaksa saya, saya pasti akan menolak..!!”


Dan beliau dawuh : “Yang pantas itu Kiai Mahrus Ali Lirboyo..!!”


Kiai Mahrus Ali pun bereaksi saat namanya disebut Kiai As’ad, sembari berkata :

“Jangankan Malaikat Jibril, kalaupun Malaikat Izroil turun dan memaksa saya, saya tetap tidak bersedia, saya lebih baik menjadi pengurus di tingkat Wilayah atau bahkan di Cabang saja..!!”


Akhirnya musyawarah ulama memutuskan memilih Kiai Ali Ma'shum Krapyak yang saat itu tidak hadir. Dan Kiai Ali Ma'shum menangis dan tidak keluar dari ndalem beliau, beliau menerima amanah sebagai Rais Aam dengan berat hati dan sedih. Beliau menjabat Rais Aam tahun 1980 sampai 1984, setelah itu beliau tidak bersedia melanjutkan lagi.


Kemudian para Kiai sepuh bermusyawarah tentang penentuan Rais Aam pengganti Kiai Ali Ma'shum.


Pertama; Tiba-tiba saja Kiai Mahrus Ali memberikan surban ke pangkuan Kiai Ahmad Shiddiq seraya berkata “Surban ini dari Nabi Khidir, panjenengan harus bersedia menjadi Rais Aam PBNU”. Maka, Kiai Ahmad Shiddiq yang dari awal menolak dipilih, menangis tersedu mengingat betapa beratnya amanat yang dipasrahkan kepada beliau.


Kedua; Ketika hendak diadakan Munas NU di Situbondo tahun 1983 yang akan membahas Pancasila sebagai asas tunggal, Kiai Abdul Hamid Pasuruan memerintahkan santri beliau untuk memberikan surban kepada Kiai Ahmad Shiddiq di Jember. Kiai Abdul Hamid juga berkata, “berikan surban ini ke Kiai Ahmad Shidiq karena beliau akan menghadapi perang badar”. Sang santri juga tidak memahami apa yang dimaksud ‘perang badar’. Dan di Munas tersebut semua Kiai dan NU pada akhirnya setuju Pancasila sebagai asas tunggal. Dan juga setelah Munas di Situbondo itu beliau Kiai Ahmad Shiddiq diminta oleh para Kiai menjadi Rais Aam PBNU saat Muktamar NU ke-27 di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo Asembagus Situbondo tahun 1984


Entah berapa persen para Ulama sekarang bisa meneladani sikap para pendahulu, semoga Marwah NU masih terjaga sepanjang masa,, Amin amin amin Ya Robbal'alamin.


Wallahu A'lam Bishowab.

Sumber Wag


Wisata Religi

 *Daftar Makam Keramat Ziarah Aulia Jakarta*


*1.Maqbarah Al Abidin*

- Habib Utsman bin Yahya Mufti Betawi

- Habib Umar bin Utsman Banahsan

- Habib Abubakar Alaydrus

Lokasi :

https://goo.gl/maps/T3FaDThpHfKc7p1i6


*2.Maqbarah Pangeran A. Djaketra (Jayakarta)*

- Pangeran Jayakarta

- Pangeran Sagiri

- Ibu Ratu Rapi'ah

Lokasi :

https://goo.gl/maps/MdgFnurWAbhszDNF7


*3. Maqbarah Masjid Al Akhyar Jl. kartini*

- Habib Muhammad Bin Muchsin Al Athos (Shohibul Munsyid Addiba'i)

Lokasi :

https://goo.gl/maps/KZeYvwMSP9zt5yDC7


*4. Maqbarah Pulogebang*

- Habib Salim bin Abdullah AlQodri (Pangeran Salim)


*5. Maqbarah Mbah Priuk*

- Habib Hasan bin Muhammad Al Haddad

- Habib Zein bin Muhammad Al Haddad

- Habib Ahmad bin Zein Al Haddad

- Habib Ali bin Zein Al Haddad

- Habib Muhammad bin Abdul Qodir Al Haddad

Lokasi :

https://goo.gl/maps/eEfLYthButHdDTyH9


*6. Maqbarah Kp. Bandan*

- Habib Muhammad bin Umar Al-Qudsi

- Habib Ali bin Abdurrahman Ba’ Alwi

- Habib Abdurrahman bin Alwi Asy-Syathri

Lokasi :

https://goo.gl/maps/wt2UUeyAvrvY2NPf9


*7. Maqbarah Luar Batang*

- Habib Husein bin Abdullah bin Abubakar Alaydrus

- H Abdul Qodir (Ne Bok Seng)

Lokasi:

https://goo.gl/maps/LxMWTjzLmnqLp5G6A


*8. Maqbarah Keramat Mangga Dua*

- Habib Abubakar bin Alwi Bahsan Jamalullail

- Habib Alwi bin Ahmad Jamalullail

Lokasi :

https://goo.gl/maps/QVJaawHYQNFzv3eC6


*9. Maqbarah Jeruk Purut*

- Syekh Salim bin Abdullah bin Sumair Al Hadromi Asy Syafi'i  ( Pengarang Kitab Safinatunnajah)


*10. Maqbarah Salemba*

- Habib Hasan bin Idrus Al Bahar

- Habib Abdul Qodir bin Muhammad Al Bahar

- Habib Umar bin Idrus Al Bahar


*11. Maqbarah Kwitang*

- Habib Ali bin Abdurrahman Al Habsyi

- Habib Muhammad bin Ali bin Abdurrahman Al Habsyi

- Syarifah Nikmah Shahab

Lokasi :

https://goo.gl/maps/GrL9kEuYLT8nKycv5


*12. Maqbarah Cikini*

- Habib Abdurrahman bin Abdullah Alhabsyi

- Syarifah Alhabsyi

Lokasi :

https://goo.gl/maps/esju1uAc7dG9eTF7A


*13. Makam Al Habib Muhammad Bagir Al Athas Kebon Nanas*


*14. Maqbarah Al Hawi Condet*

- Habib Muhsin bin Muhammad Al Athas

- Habib Ali bin Husein Al Athas (Hb Ali Bungur)

- Habib Salim Ahmad Jindan

- Habib Umar bin Hud Al Atthos

- Habib Zein Abdullah Alaydrus dll

Lokasi :

https://goo.gl/maps/2N5wPFXd2vRfgwDv8


*15. Maqbarah Masjid Alkhairaat Condet*

- Habib Syeikh bin Ali Al Jufri Condet

- Habib Ahmad bin Abdullah Al Atthos

- Habib Idrus bin Husein Al Hamid

Lokasi :

https://goo.gl/maps/hWzYfhkhCXfRkTux7


*16. Maqbarah Lubang Buaya*

- Habib Musthafa bin Abdullah Al Bahar (Ayahanda Wan Syeikhon)

Lokasi :

https://goo.gl/maps/VpjGvrZoaMXRoKmq8


*17. Maqbarah Habib Kuncung*

- Habib Ahmad bin Alwi Al Haddad (Habib Kuncung)

- Habib Abdullah bin Jafar al Haddad

- Habib Munzir bin Fuad Almusawa

Lokasi :

https://goo.gl/maps/dDx1QmNpp8vHH2mv7


*18. Maqbarah Habib Salim Thoha Haddad*

- Habib Salim bin Toha Alhaddad

- Habib Umar bin Ja'far Alhaddad

- Habib Ali bin Hasan bin Umar Alhaddad

Lokasi :

RT.13/RW.4, East Pejaten, Pasar Minggu

(Belakang BIN)

https://goo.gl/maps/9hzBqxXCE3uftZ1XA


*19. Maqbarah KH. Abdul Hamid*

Lokasi :

Jl. Tipar Cakung No.3, RT.3/RW.9, Cakung Baru

https://goo.gl/maps/RVfkUreXNYEx7dTD8


*20. Maqbarah Kh. Rizky Dzulkarnain,Lc.MA*

Lokasi :

Yayasan AlMuafah

Jl. Tipar Cakung No.131-132, RT.5/RW.8, Cakung Bar.,

Kec. Cakung, Kota Jakarta Timur

https://goo.gl/maps/EtF6gh3BrWnZX8sN7


*21. Maqbarah KH. Noer Ali*

Lokasi :

Ponpes Attaqwa Bekasi

https://goo.gl/maps/Egy2126yahiXN7R26


*22. Maqbarah KH. Zayadi Muhajir*

Lokasi :

Ponpes Azziyadah

Jalan Madrasah No.1, RT.4/RW.9, Klender, Kec. Duren Sawit

Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13470

https://goo.gl/maps/GbCXXR25Qr6TYbkq5


*23. Maqbarah Abuya KH. Saifudin Amsir*

Lokasi :

Jl. Budi Harapan No.2, RT.2/RW.12, Cipinang Melayu,

Kec. Makasar, Kota Jakarta Timur

https://goo.gl/maps/aZVS8EH6pmPsTagc9


*24. Maqbarah KH. Marzuki*

Lokasi :

Masjid Al Marzuqiyah

Cipinang Muara, RT.2/RW.1, Cipinang Muara,

Kecamatan Jatinegara, Kota Jakarta Timur

https://goo.gl/maps/gFq2yGqPgHTMZDQSA


*25. Maqbarah K.H. Abdul Hadi Bin H. Ismail (Guru Hadi)*

Lokasi :

Jl. Gading Raya 1 No.8, RT.10/RW.14, Pisangan Tim.,

Kec. Pulo Gadung, Kota Jakarta Timur

https://goo.gl/maps/HDjnRBvCm3ErYUVE6


*26. Maqbarah KH. Hasbiyallah*

*(Pendiri Alawathoniyah)*

Lokasi :

Masjid Jami Al-Makmur Klender

https://goo.gl/maps/xTnhH2zZYuoPmHaV7


*27. Maqbarah KH. Ahmad Mursyidi*

*(Pendiri Madrasah Al-Falah, Klender)*

Lokasi :

Jl. Dermaga Raya No.24 C, RT.3/RW.7, Klender,

Kec. Duren Sawit, Kota Jakarta Timur

https://goo.gl/maps/fHemyy1G3tJ19REp7


*28. Maqbarah KH. Abdullah Syafi'ie*

Lokasi :

Ponpes putra Assyafiiyah

https://goo.gl/maps/BuK5wTyhm7HEsR1b8


*29. Maqbarah Guru Mughni*

Lokasi :

Jl. Mega Kuningan Barat, RT.1/RW.2, Kuningan,

Kuningan Tim., Kecamatan Setiabudi, Kota Jakarta Selatan

https://goo.gl/maps/J4ChUkt2jXdMTUi86


*30. Maqbarah Guru Mansur*

Lokasi :

jln.sawah lio lv Rt003/06 no25 5, RT.5/RW.1,

Jemb. Lima, Kec. Tambora, Kota Jakarta Barat

https://goo.gl/maps/UMeCg31hnokpQXbS9


*31. Maqbarah Buya Hamka*

Lokasi :

RT.2/RW.10, Kby. Lama Sel., Kec. Kby. Lama,

Kota Jakarta Selatan

https://goo.gl/maps/Ex97Yqcy17TXew4Q7


*32. Maqbarah Mu'allim Kh. Syafi'i Hadzami*

Lokasi :

Jl. KH. M. Syafi'i Hadzami No.46, RT.9/RW.6,

Kby. Lama Utara, Kec. Kby. Lama, Kota Jakarta Selatan

https://goo.gl/maps/n7q5ZFxNY4iRKDnm8


*33. Maqbarah Datuk Ibrahim Condet*

- Datuk Ibrahim

- Datuk Husein

Lokasi :

https://goo.gl/maps/gQUxCpXYNVhnHJrS8


Wahabi

 https://youtu.be/DVv-JRKMDeU



Keyakinan bahwa hanya ada kebenaran tunggal akan menjadi bencana bagi kehidupan beragama. Setidaknya hal itulah yang terekam dari perjalanan sejarah sekte salafi wahabi. Sejarah gerakan ini dipenuhi dengan darah umat islam. Banyak sekali tragedi-tragedi kemanusiaan, kekerasan dan bahkan pembunuhan yang mewarnai perjalanan dan pengembangan gerakan wahabi. Pun demikian, tak jarang Tuhan dijadikan alat legeitimasi untuk melangsungkan misi gerakan wahabi.


Wahabi adalah gerakan pembaharuan dan pemurnian Islam yang dipelopori oleh Muhammad bin Abdul Wahab bin Sulaiman at-Tamimi (1115-1206 H / 1703-1792 M) dari Najd, Semenanjung Arabia. Istilah Wahabi telah dikenal semasa Ibn Abdul Wahab hidup, tapi bukan atas inisiatif dirinya melainkan berasal dari lawan-lawannya. Ini berarti, istilah Wahabi merupakan bagian dari rangkaian stigma terhadap gerakannya.


Kaum Wahabi mengklaim sebagai muslim yang berkiblat pada ajaran Islam yang pure, murni. Mereka sering juga menamakan diri sebagai muwahiddun, yang berarti pendukung ajaran yang memurnikan keesaan Allah (tauhid). Tetapi, mereka juga menyatakan bahwa mereka bukanlah sebuah mazhab atau kelompok aliran Islam baru, tetapi hanya mengikuti seruan (dakwah) untuk mengimplementasikan ajaran Islam yang (paling) benar.


Tujuan awal aliran Wahabi adalah mengembalikan umat kepada ajaran Islam yang murni seperti yang termuat dalam Alquran dan sunah. Karenanya, tauhid merupakan tema pokok dalam doktrin Wahabi. John L Esposito menegemukakan bahwa Abdul Wahhab memandang tauhid sebagai agama Islam itu sendiri.


Dengan semangat puritannya, Abdul Wahhab hendak membebaskan Islam dari semua perusakan yang diyakininya telah menggerogoti Islam seperti tasawuf, tawasul, rasionalisme, ajaran Syiah dan berbagai praktik inovasi bidah. Wahabisme memperlihatkan kebencian yang luar biasa terhadap semua bentuk intelektualisme, mistisisme, dan sektarianisme.‘Abd al-Wahhab sendiri gemar membuat daftar panjang keyakinan dan perbuatan yang dinilainya munafik, yang bila diyakini atau diamalkan akan segera mengantarkan seorang muslim berstatus kafir.


Sejak kelahirannya, aliran wahabi sangat lekat dengan tradisi kekerasan. Bersama Dinasti Saud, kaum wahabi berusaha menundukkan suku-suku di Jazirah Arab di bawah bendera Wahabi/Saudi. Menyamun, menyerang, dan menjarah suku tetangga adalah praktik yang luas dilakukan suku-suku Badui di Jazirah Arab sepanjang sejarahnya. Setiap suku yang belum masuk wahabi diberi dua tawaran jelas: masuk wahabi atau diperangi sebagai orang-orang musyrik dan kafir

Sumber WA Group

Klise

 Benarkah al-Ghazali dan al-Asy'ari 

Sumber Kemunduran Dunia Islam?


(Seri Pertama)


[Tulisan ini agak panjang; semoga teman-teman cukup sabar. Siapkan kopi yang banyak]


Tuduhan bahwa Imam al-Ghazali (w. 505 H/1111 M) adalah sumber kemunduran dunia Islam, sudah sering saya dengar, sejak saya masih menjadi mahasiswa di tahun 90an dan, anehnya, masih berlanjut hingga sekarang. Melalui kitabnya yang masyhur, Ihya' 'Ulum al-Din, al-Ghazali dianggap telah menanamkan mentalitas pasrah, fatalistik, dan "menyingkir" dari dunia ('uzlah), dan dengan demikian menyebabkan kemunduran umat. Al-Ghazali juga dianggap sebagai "dalang" yang bertanggung jawab atas matinya filsafat di dunia Islam -- tuduhan yang klise dan sudah banyak dibantah oleh banyak sarjana Barat sendiri. Karya paling mutakhir yang mengoreksi tuduhan ini adalah buku karya seorang sarjana ahli al-Ghazali, Frank Griffel, berjudul "The Formation of Post-Classical Philosophy in Islam" (terbit 2021).


Tuduhan serupa juga diarahkan kepada ulama dan sarjana besar lain yang menjadi "panutan teologi" kaum Sunni di hampir seluruh dunia Islam, termasuk di Indonesia, yaitu Imam Abu-l-Hasan al-Asy'ari (w. 324 H/936 M). Imam al-Asyari, pendiri sebuah mazhab teologi yang disebut dengan akidah Asy'ariyah itu, dituduh sebagai sumber kemunduran sains di dunia Islam karena ajarannya yang menolak teori kausalitas (nadzariyyah al-'illiyyah), hukum sebab-akibat. 


Teori kausalitas adalah asas utama perkembangan sains. Sains tidak bisa tumbuh tanpa fondasi hukum sebab-akibat ini; hukum yang menjamin prediktabilitas dan keteraturan dalam alam raya. Menyangkal teori ini, sebagaimana dituduhkan kepada Imam al-Asy'ari (juga al-Ghazali, sebab ia adalah salah satu tokoh penting yang berjasa dalam merumuskan doktrin Asy'ariyah), sama saja dengan menyangkal sains. Karena itu, al-Asy'ari dituduh sebagai pangkal kemunduran sains di dunia Islam. Ajarannya tentang "okasionalisme" (artinya: sesuatu terjadi bukan karena adanya hukum sebab-akibat yang "imanen", tertanam dalam alam raya, melainkan karena intervensi Tuhan) dianggap membunuh sains.


Tulisan ini akan menjawab secara ringkas tuduhan-tuduhan itu. Inti jawaban saya sederhana: Tuduhan-tuduhan itu, menurut saya, meleset, tidak benar. Tetapi saya harus mengemukakan "disclaimer": Dengan menyangkal tuduhan ini, bukan berarti saya mengingkari fakta bahwa dalam banyak hal, dunia Islam saat ini memang sedang mundur, terutama dalam hal pengetahuan dan sains. Fakta ini sama sekali tidak saya sangkal. Yang saya sangkal adalah tuduhan yang menjadikan dua ulama besar Islam itu sebagai pangkal masalah.


Saya akan membagi jawaban saya ini dalam tiga "cluster" atau gugusan isu. Gugus pertama berkaitan dengan kultur pengetahuan dan cara berpikir. Gugus kedua berkenaan dengan budaya, dan gugus ketiga berkenaan dengan masalah-masalah politik. Jawaban saya ini akan mengambil pengalaman umat Islam di Indonesia, terutama warga nahdliyyin atau NU, sebagai rujukan utama. Dalam tiga gugus ini, saya akan menunjukkan bahwa tuduhan-tuduhan itu tidak benar.


Baik, saya akan mulai dengan gugus pertama. Apakah benar terjadi kemunduran dalam hal kultur pengetahuan di kalangan (sebut saja) "anak-cucu" al-Ghazali dan al-Asy'ari? Apakah benar, dengan mengikuti ajaran kedua ulama besar ini, warga nahdliyyin mengalami kemunduran dalam aspek pengetahuan dan daya kritisisme? Sebelum melanjutkan jawaban ini, saya ingin menegaskan bahwa apa yang saya sebut dengan "anak-cucu" al-Ghazali dan al-Asy'ari dalam konteks Indonesia, tiada lain, adalah warga nahdliyyin, terutama para santri, mahasiswa, aktivis NU. Merekalah anak-cucu dan pelanjut ajaran-ajaran al-Ghazali di Indonesia, baik mereka sadari atau tidak.


Jika kita telaah peta umat Islam di Indonesia saat ini, akan tampak gambar "kasar" seperti ini: segmen umat yang paling bersemangat untuk menerima gagasan-gagasan pembaharuan Islam justru datang dari kalangan anak-anak muda NU. Kalangan terpelajar Islam yang paling antusias membaca, menelaah, dan mendiskusikan gagasan-gagasan pembaharuan Islam yang dilontarkan oleh Nurcholish Madjid, Munawir Sjadzali, Harun Nasution, adalah justru anak-anak lulusan pesantren tradisional yang kemudian meneruskan pendidikan di IAIN/UIN. Sebaliknya, kalangan yang paling "enggan", bahkan menyesatkan dan mengkafirkan para pembaharu itu, untuk sebagian besar, justru datang dari luar komunitas nahdliyyin.


Yang menarik adalah sosok Kiai Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Siapa yang bisa menyangsikan bahwa Gus Dur adalah bagian dari anak-anak cucu al-Ghazali di Indonesia? Ia pernah menempuh pendidikan Islam di pesantren tradisional di Tegalrejo, Magelang. Dia pernah menempuh pendidikan di Universitas al-Azhar, lembaga yang bisa kita anggap sebagai "pemangku" dan pelestari tradisi Islam Sunni yang mengikuti ajaran-ajaran al-Ghazali, al-Asy'ari, al-Maturdi, dll. Dari al-Azhar inilah lahir seorang ulama besar yang dianggap sebagai "Imam Ghazali Abad ke-20", yaitu Syaikh Abdul Halim Mahmud. Kiai Mustofa Bisri alias Gus Mus adalah salah satu murid ulama besar ini.


Peran Gus Dur dalam mengenalkan kultur pengetahuan Islam baru yang lebih kritis dan progresif di kalangan generasi muda nahdliyyin, jelas amat besar. Gus Dur lah yang mengenalkan untuk pertama kali buku-buku pemikir besar asal Mesir yang meninggal pada 21/10 yang lalu, yaitu Hassan Hanafi. Pada tahun 90an, Gus Dur mengenalkan salah satu karya penting Dr. Hanafi kepada anak-anak muda nahdliyyin, yaitu "Min al-'Aqidah Ila al-Tsaurah" (Dari Akidah ke Revolusi).


Melalui sebuah artikelnya di Jurnal Prisma pada tahun 80an, Gus Dur mengenalkan gagasan besar Hanafi tentang Kiri Islam atau al-Yasar al-Islami. Pada tahun 90an, Penerbit LKiS Yogyakarta (penerbit yang didirikan oleh anak-anak NU itu), pernah menerbitkan sebuah disertasi yang ditulis oleh seorang sarjana Jepang tentang gagasan Kiri Islam Hassan Hanafi itu. Pada zamannya, buku ini menjadi salah satu "kitab gerakan" dan bacaan penting bagi aktivis dan intelektual NU (bahkan meluas sampai ke kalangan di luar lingkaran NU) pada dekade 90, era keemasan gerakan-gerakan masyarakat sipil untuk melawan otoritarianisme Orba.


Begitu besarnya pengaruh Gus Dur dalam mengenalkan gagasan-gagasan Hassan Hanafi ini di kalangan aktivis NU, ssehingga sejumlah kiai muda pun tertarik membaca buku-buku Hanafi. Salah satunya adalah Kiai Ishomuddin Hadziq alias Gus Ishom, salah satu sepupu Gus Dur. Beberapa bulan sebelum wafat pada 2003, saya pernah bertemu dan berdiskusi lama dengan Gus Ishom tentang pemikiran Hassan Hanafi. Dari diskusi itu, saya tahu bahwa kiai muda yang digadang-gadang menjadi pengasuh Pondok Tebuireng itu, sangat akrab dengan gagasan-gagasan Hanafi. Gus Ishom membaca dengan cukup serius buku "Min al-'Aqidah ila al-Tsaurah".


Gus Dur tidak hanya mengenalkan Hassan Hanfi. Ada dua pemikir Islam lain yang dikenalkannya kepada anak-anak NU. Yang pertama adalah Muhammad Abid al-Jabiri (w. 2010), pemikir besar Islam dari Maroko. Saya adalah salah satu anak muda NU yang menerima "berkah pemikiran dari Gus Dur ini. Dari dialah saya mengenal mengenal bukul-Jabiri yang paling populer, "Naqd al'Aql al-'Arabi" (Kritik Akal Arab). Saya harus membikin pengakuan di sini: buku ini saya curi dari rak pribadi Gus Dur di kantor PBNU (yang lama, sebelum dibangun dan menjadi bagus seperti sekarang). Pada tahun 90an, gagasan-gagasan Al-Jabiri banyak dibaca dan dikaji dengan penuh antusiasme oleh anak-anak NU.


Pemikir lain yang dikenalkan oleh Gus adalah Muhammad Arkoun (w. 2010), seorang pemikir Muslim yang "kontroversial" dari Tunisia. Arkoun melewatkan seluruh karir akademisnya di Universitas Sorbonne, Paris (universitas yang merupakan alma mater dari Hassan Hanafi). Dia dikenal, antara lain, melalui gagasannya tentang dekonstruksi" (tafkik) pemikiran Islam. Saya mengenal Arkoun melalui foto kopi salah satu karyanya (saya sudah lupa judulnya). Naskah asli buku ini ada di tangan Gus Dur. Foto kopi ini saya peroleh dari Abdul Mun'im Saleh, salah seorang staf redaksi Jurnal Pesantren yang diterbitkan oleh P3M (Mas Mun'im saat ini menjadi dosen di IAIN Ponorogo). Buku ini kemudian membawa saya berpetualang untuk mencari karya-karya Arkoun yang lain. Saya akhirnya berhasil memperoleh hampir semua karya dia.


Sebagaimana Hassan Hanafi dan Al-Jabiri, buku-buku Arkoun menjadi bacaan yang amat disukai anak-anak NU pada tahun-tahun 90an. Saya menjadi salah satu saksi sejarah dari generasi "pencerahan" dalam NU ini. Mereka tersebar di banyak kota: Yogyakarta, Jakarta, Semarang, Surabaya, dan Makassar. Di Yogyarta, anak-anak cucu al-Ghazali yang menjadi murid-murid Gus Dur itu berkumpul dalam sebuah gerakan, dan kemudian menubuh dalam sebuah lembaga bernama LKiS (Lembaga Kajian iSlam dan Sosial). Huruf "i" dalam singkatan itu sengaja ditulis dengan huruf kecil -- menandakan suatu visi tetentu mengenai Islam. Lembaga ini kemudian berkembang menjadi sebuah penerbitan. Buku-buku terbitan LKiS menjadi salah satu bacaan favorit tentang isu-isu keislaman pada dekade 90an dan 2000an.


Gus Dur memang telah membukakan pintu pengetahuan yang "baru" dan "segar" bagi anak-anak NU. Setelah pintu itu terbuka, anak-anak NU kemudian melakukan penjelajahan sendiri ke segala penjuru. Mereka, dengan penuh semangat, membacai hampir semua pemikir-pemikir Muslim baru yang sulit diterima di negeri-negeri Muslim lain; salah satunya adalah Nasr Hamid Abu Zayd (w. 2010), pemikir Mesir yang pernah diadili di negerinya sendiri. Ia kemudian harus mengungsi (untuk kemudian mengajar) di Belanda. Salah satu buku Abu Zayd yang amat penting, "Mafhum al-Nass", diterjemahkan oleh anak-anak NU di Yogya dan kemudian diterbitkan oleh LKiS.


Saat Nasr Hamid Abu Zayd berkunjung ke Indonesia pada 2009, sejumlah kelompok Islam di Indonesia mempersoalkannyan (siapa mereka, tentu anda sudah bisa menduga). Tetapi anak-anak NU membuka tangan lebar untuk menerima kedatangan pemikir besar ini. Gus Mus adalah salah satu tuan rumah yang menyambut kedatangan Abu Zayd. Saya bertemu Prof. Abu Zayd di "ndalem" Gus Mus di Rembang dan bercengkerma cukup lama di sana. Siapa itu Gus Mus? Dia tiada lain adalah bagian dari anak cucu al-Ghazali, bahkan murid langsung dari ulama besar penerus al-Ghazali pada Abad ke-20 yang sudah saya sebut di atas: Syaikh Abdul Halim Mahmud.


Yang menarik, anak-anak NU pula yang paling terdepan dalam menyambut gagasan-gagasan mengenai keadilan gender. Pikiran-pikiran Amina Wadud, Riffat Hassan, Ziba Mir-Hosseini, Fareed Essack, disambut dengan tangan terbuka dan dibaca dengan penuh semangat oleh generasi muda NU yang berwawasan Gusdurin. Dari kalangan NU pula lahir sejumpah pemikir yang memberikan kontribusi oenting dalam gagasan keadilan geder dari perspektif Islam. Sejbut saja nama-nama ini: Kiai Masdar F. Ma'sudi, Kiai Husein Muhammad, Nur Rofiah, Faqihuddin Abdul Kodir, Badriyah Fayumi, Imam Nakhe'i, dan, tidak boleh dilupakan, Lies Marcoes (meskipun sosok terakhir ini adalah hybrida atau campuran NU-Muhammadiyah). Para pemikir NU ini, dengan didukung oleh para pemikir lain (termasuk dari Muhammadiyah), telah berjasa besar untuk meggagas berdirinya KUPI (Kongres Ulama Perempuan Indonesia). Setahu saya, ini adalah satu-satnya organisasi ulama perempuan di dunia Islam saat ini (mohon dikoreksi jika saya keliru).


Sebelum menutup tulisan seri pertama ini, saya harus menyebut pemikir Muslim lain yang buku-bukunya juga banyak dibaca oleh anak-anak NU, yaitu Prof. Abdullahi Ahmed An Naim. Prof. An Naim adalah seorang pemikir Muslim asal Sudan yang terusir dari negerinya sendiri. Saat ini dia mengajar di Emory University, Atlanta, Amerika Serikat. Dia adalah salah satu murid dari seorang guru sufi di Sudan yang mati karena dihukum gantung, yaitu Mahmud Muhammad Taha. Salah satu buku penting An Naim adalah "Towards An Islamic Reformation". Buku ini diterjemahkan, sekali lagi, oleh anak-anak NU di Yogyakarta dan diterbitkan oleh LKiS dengan judul yang agak "provokatif": "Dekonstruksi Syariah".


Antusiasme anak-anak NU untuk menyambut dengan tangan terbuka, marhaban ahlan wa sahlan, terhadap gagasan-gagasan Islam baru ini, menurut saya, amat mengesankan. Mahasiswa-mahasiswa berlatar NU yang belajar di Al-Azhar pada 90an dan 2000an, meneruskan semangat "keterbukaan intelektual" yang diajarkan Gus Dur ini. Merekalah satu-satunya kelompok mahasiswa internasional yang paling bersemangat membaca buku-buku pemikir Arab yang progresif seperti: Hanafi, Al-Jabiri, Abu Zayd, Husain Muruwwah, Ali Harb, Adonis, Sayyid Qimni, Muhammad Imarah, dll.


Keterbukaan anak-anak NU ini tidak berarti bahwa mereka meninggalkan tradisi sama sekali. Yang mengesankan bagi saya adalah bahwa mereka begitu bersemangat membaca pikiran-pikiran yang amat maju parai pemikir Muslim dari segala penjuru dunia itu, dan pada saat yang sama mereka tetap mempertahankan tradisi yang menjadi fondasi komunitas NU. Salah satu tradisi itu ialah hormat pada otoritas para kiai, Semua anak-anak NU yang "keranjingan" pada buku-buku Hassan Hanaf dan lain-lain itu, akan cium tangan jika bertemu dengan para kiai. Ini adalah bagian dari penghormatan kepada otoritas keilamuan.


Antusiasme anak-anak NU terhadap pemikiran-pemikrian baru dan semangat pemikiran keagamaan yang terbuka ini berlawanan secara kontras dan diametral dengan corak pemikiran keagamaan di kalangan lain di luar NU, terutama di kalangan aktivis-aktivis Islam yang belajar di universitas modern. Kalangan yang terakhir itu jelas bukan anak cucu al-Ghazali, bukan pula pengikut akidah Asy'ariyah. Mereka inilah yang justru menunjukkan praksis keberagamaan yang cenderung tertutup, penuh kecurigaan kepada kalangan non-Muslim, anti-Barat, dan konservatif.


Pertanyaan yang patut menjadi renungan bagi kita semua adalah: Jika benar ajaran-ajaran Imam Ghazali dan al-Asy'ari menimbulkan kemunduran, kenapa anak-anal cucuk dua ulama besar ini justru yang paling maju dan terbuka dalam hal pemikiran keislaman, dan paling toleran dan moderat dalam sikap-sikap keberagamaan, sekurang-kurangnya dalam konteks Indonesia kontemporer? Kenapa konservatisme Islam justru lebih menonjol di kalangan yang bukan merupakan anak-anak cucu al-Ghazali?


Tentu saja saya harus memberikan "caveat" atau catatan peringatan. Tidak semua yang saya sebut sebagai "anak-anak NU" memiliki sikap yang sama. Tidak semua setuju dengan gagasan-gagasan Islam baru itu. Bahkan ada sebagian dari kalangan anak-anak NU yang tidak sepakat pula dengan "semengat keterbukaan pemikiran" yang diajarkan Gus Dur. Saya tidak punya "ilusi" sama sekali bahwa anak-anak NU bersifat monolitik. Tidak. Ada banyak ragam "pemikiran" dalam NU. Tetapi ini justru menandakan sesuatu yang menarik dalam tubuh NU: kesediaan untuk menerima banyak ragam pemikiran, tanpa saling menyesatkan -- sesuatu yang amat langka dalam praksis keberagamaan di Indonesia saat ini.


Ini baru cicilan pertama dari tiga seri jawaban yang saya rencakan. Masih banyak hal lain yang ingin saya kemukakan untuk menjawab tuduhan-tuduhan "miring" atas Imam al-Ghazali itu. Semoga teman-teman masih bersabar untuk membaca seri berikutnya.


Sekian.

Sumber WA Grouo

situs NU

 *INILAH DAFTAR LINK WEB NU*


*Agar tidak tersesat di lembah belantara dunia maya, pastikan yang anda jelajahi adalah diantara situs situs ini*


Inilah situs Aswaja/NU yang perlu dibaca: buat informasi muslim agar menambah wawasan dan  rujukan berita berita yang benar dalam menangkal islam radikal. 


http://nuunnes.com 

http://www.tasamuh.id

http://www.nu.or.id

http://www.wongsantun.com

http://www.dutaislam.com

http://www.santrimenara.com

http://www.nujepara.or.id

http://www.nukudus.com

http://www.jombang.nu.or.id

http://www.pwnudiy.or.id

http://www.pwnujatim.or.id

http://www.unisnu.ac.id

http://www.mediasantrinu.com

http://www.ansorjateng.net

http://www.ansorjatim.or.id

http://www.metroislam.com

http://www.santrigusdur.com

http://www.gusdurfiles.com

http://www.habibluthfi.net

http://www.suarasantri.net

http://www.suarapesantren.net

http://www.aswajanu.com

http://www.aswajacenter.com

http://www.aswajanucenterjatim.com

http://www.cyberdakwah.com

http://www.dinulqoyim.com

http://www.elhooda.net

http://www.nujateng.com

http://www.soearamoeria.com

http://www.liriksolawat.com

http://www.wartaislami.com

http://www.infoindonesiakita.com

http://www.islam-institute.com

http://www.islamuna.info

http://www.kabarislamia.com

http://www.madinatuliman.com

http://www.majelis.info

http://www.majelisrasulullah.org

http://www.moslemwiki.com

http://www.media-islam.or.id

http://www.moslemforall.com

http://www.mosleminfo.com

http://www.muslimedianews.com

http://www.muslimoderat.com

http://www.arrahmah.co.id

http://www.islamsantri.com

http://www.alfikr.com

http://www.syekhermania.or.id

http://www.bersamaislam.com

http://www.kalamulama.com

http://www.seputarmu.com

http://www.tebuireng.org

http://www.neverblast.com

http://www.sekolahprogresif.sch.id

http://www.lirboyo.net

http://www.pondoktremas.com

http://www.pesantrenvirtual.com

http://www.piss-ktb.com

http://www.ppmmiftahulkhoir.com

http://www.santri.net

http://www.santrinews.com

http://www.santrionline.net

http://www.sarkub.com

http://www.suara-muslim.com

http://www.liputanislam.com

http://www.islami.co

http://www.islamnusantara.com

http://www.islam-institute.com

http://www.cahayanabawiy.com

http://www.satuislam.org

http://www.serambimata.com

http://www.hikmahislam.com

http://www.rumah-islam.com

http://www.kanzunqalam.com

http://www.majalahlangitan.com

http://www.auleea.com

http://www.alfachriyah.org

http://www.sufinews.com

http://www.nukhatulistiwa.com

http://www.salamsantri.com

http://www.salafynews.com

http://www.matancirebon.com

http://www.matanciputat.com

http://www.jalansurga.com/

http://www.aswj-rg.com

http://www.ngaji.web.id

http://www.dakwah.web.id

http://www.nubogortimur.com

https://jaringansantri.com


*Silahkan sebarkan ke grup-grup NU.*

Silaturrohim

 قاا النبي صلى الله عليه وسلم : أفضل أخلاق أهل الدنيا والأ خرة تصل من قطعك وتعطي من حرمك وتعفوا عمن ظلمك.

Paling utamanya akhlaqnya penduduk dunia n akhirat adalah kamu menyambung dgn orang memutus persaudaraan dgnmu n kamu memberi kepada orang yg menjadi penghalangmu n kamu memaafkan kepada orang dholim padamu.

Bid'ah

 PARA ULAMA INI MENGAMALKAN BID’AH HASANAH, SESATKAH MEREKA?


Tulisan ini dikhususkan kepada para pengingkar bid’ah hasanah, yg mana para sahabat nabi, ulama tabiin dan tabiut tabi'in melakukannya. Tentu para generasi awal salafus soleh, telah berbuat perkara baru dalam agama, jika Ahlus sunnah Wal jamaah bertaqlid pada ulama2 salaf tentang adanya bid’ah hasanah, maka berseberangan dari golongan pengingkar bid’ah hasanah, dimana setiap bid’ah adalah sesat, dan pasti neraka. Begitu banyaknya ulama dan kaum muslimin yg akan masuk neraka (menurut kelompok Wahabi) karena kebid’ahan mereka (Salafi wahabi berpendapat setiap bid’ah adalah sesat & pelakunya akan masuk neraka).


Berikut sebagian saja dari banyaknya daftar ulama2 yg akan masuk neraka (menurut kelompok Salafy Wahabi), karena menganjurkan dan mengamalkan bid’ah tsb :


A. Sahabat & Keluarga Nabi


1. Ummul Mukminin Siti 'Aisyah Radhiyallahu Anha (wafat 13 Juli 678 M, Madinah) dan Masyarakat Madinah, yg menganjurkan tabaruk & tawasul ke makam Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam)


حَدَّثَنَا أَبُو النُّعْمَانِ حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ زَيْدٍ حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ مَالِكٍ النُّكْرِيُّ حَدَّثَنَا أَبُو الْجَوْزَاءِ أَوْسُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قُحِطَ أَهْلُ الْمَدِينَةِ قَحْطًا شَدِيدًا فَشَكَوْا إِلَى عَائِشَةَ فَقَالَتْ انْظُرُوا قَبْرَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاجْعَلُوا مِنْهُ كِوًى إِلَى السَّمَاءِ حَتَّى لَا يَكُونَ بَيْنَهُ وَبَيْنَ السَّمَاءِ سَقْفٌ قَالَ فَفَعَلُوا فَمُطِرْنَا مَطَرًا حَتَّى نَبَتَ الْعُشْبُ وَسَمِنَتْ الْإِبِلُ حَتَّى تَفَتَّقَتْ مِنْ الشَّحْمِ فَسُمِّيَ عَامَ الْفَتْقِ


Telah menceritakan kepada kami Imam Abu An-Nu’man Muhammad bin Al Fadlol rahimahullah (wafat 224 H / 838 M Basrah), telah menceritakan kepada kami Abul Hasan Sa’id bin Zaid bin Dirham rahimahullah (wafat 167 H / 783 M Basrah), telah menceritakan kepada kami Abu Yahya Umar bin Malik An Nukri rahimahullah (wafat 129 H / 746 M Basrah), telah menceritakan kepada kami Abu Al Jauza` Aus bin Abdullah Ar Raba'iy rahimahullah (wafat 83 H / 702 M Basrah), ia berkata: “Suatu hari penduduk Madinah dilanda kekeringan yg sangat hebat, dan saat itu mereka mengadu kepada Ummul  Mukminin Aisyah Radliyallahu ’anha, kemudian ia berkata: “Pergilah ke kubur Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, buatlah lubang ke arah langit dan jangan sampai ada atap diantaranya dgn langit. Kemudian Abu Al Jauza` rahimahullah melanjutkan kisahnya: ”kemudian masyarakat Madinah melakukan apa yg diperintahkan Aisyah Radliyallahu’anha, setelah itu, turunlah hujan dan rerumputan pun tumbuh dan ternak2 menjadi sehat. Karenanya tahun tsb disebut dgn tahun kebebasan (dari paceklik)”. (HR. Abdullah bin Abdurrahman bin al Fadhl bin Bahram bin Abdush Shamad At-Tamimi atau Imam Ad-Darimi rahimahullah, 797 M, Samarkand, Uzbekistan - 869 M, Muskat, Oman, kitab Sunan ad-Darimi, no. 92).


Sanad Hadits 


1. Muhammad bin Al Fadlol, As Sadusiy, Abu An Nu'man, Arim, Tabi'ut Tabi'in kalangan biasa, wafat tahun 224 H, hidup di Bashrah, wafat di Bashrah.

2. Sa'id bin Zaid bin Dirham, Al Azdiy Al Juhdlomiy, Abu Al Hasan, Tabi'ut Tabi'in kalangan tua, wafat tahun 167 H, hidup di Bashrah.

3. Amru bin Malik , An Nakriy, Abu Yahya, Tabi'ut Tabi'in kalangan tua, wafat tahun 129 H, hidup di Bashrah.

4. Aus bin 'Abdullah , Ar Raba'iy, Abu Al Jawza', Tabi'in kalangan pertengahan, wafat tahun 83 H, hidup di Bashrah.

5. Aisyah binti Abi Bakar Ash Shiddiq, At Taymiyyah, Ummu 'Abdullah, Ummu Al Mu'minin, Shahabat, wafat tahun 58 H, hidup di Madinah, wafat di Madinah.


Perawi hadits adalah Abdullah bin Abdurrahman bin al Fadhl bin Bahram bin Abdush Shamad At-Tamimi atau Imam Ad-Darimi rahimahullah (797 M, Samarkand, Uzbekistan - 869 M, Muskat, Oman), memiliki banyak murid yg berguru kepadanya. Diantara mereka adalah Imam Muslim, Imam Abu Dawud, Imam Al Tirmidzi, Abu Humaid, Roja' bin Marja, Muhammad bin Basyar, Muhammad bin Yahya, Abu Zur'ah, Abu Hatim, Shalih bin Muhammad Jazrah, dan Ja'far bin Ahmad bin Faris rahimahumullah dan lain2.


Imam Al darimi sebenarnya Ulama yg produktif, hanya saja karyanya yg terkenal adalah kitab yg ditulisnya, yaitu Al Hadist Al Musnad Al Marfu' Wa Al Mauquf Wa Al Maqtu, yg lebih populer dgn sebutan kitab Sunan Ad-Darimi. Di dalamnya terdapat 3.367 hadits, yg tersebar dalam 24 Bab.


B. Sayyidina Umar Bin Khattab Radhiyallahu Anhu (wafat 3 November 644 M, Madinah)


1. Membangun kubah di atas kuburan Orang Sholeh


Banyak dijumpai kuburan kaum musliminin, yg diatasnya terdapat kubah, umumnya kuburan yg ada kubahnya adalah kuburan orang2 soleh, baik sahabat Nabi shalallahu alaihi wasallam, ulama Tabi'in, tabiut tabiin, Waliyullah dan sebagainya. Ada juga orang yg membenci kubah hijau, yg berada di Masjid Nabawi. Mereka katakan, tidak ada naz yg kuat.


Syaikhul Islam Al-Imam Abu `Abdullah Malik bin Anas bin Malik bin `Amr al-Humyari al-Asbahi al-Madani Imam Malik rahimahullah (711 - 795 M,  Madinah) berkata: 


قَالَ مَالٍكٌ: أَوَّلُ مَنْ ضَرَبَ عَلَى قَبْرٍ فُسْطَاطًا عُمَرُ، ضَرَبَ عَلَى قَبْرِ زَيْنَبَ بِنْتِ جَحْشٍ زَوْجِ النَّبِىِّ، - صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ)


"Orang yg pertama kali membangun kubah diatas kuburan adalah Umar bin Khattab Radhiyallahu Anhu. Ia membangun kubah di atas makam Sayyidah Zainab binti Jahsy bin Ri`ab al-Asadiyyah Radhiyallahu Anha (590 - 641 M, Madinah), istri Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam” (kitab Syarah al-Bukhari atau Syarh Shohih Al Bukhori Libni Baththal, 5/346, karya Abul Hasan Ali Bin Kholaf Bin Abdul Malik Al Qurthuby Al Maliky atau Imam Ibnu Baththal rahimahullah, wafat 449 H / 1057 M)


Sayidina Umar bin Khattab radliyallahu anhu adalah salah seorang sahabat utama yg dijamin masuk surga dan seorang Amirul Mu’minin atau Khalifah kedua ummat Islam, dan Sayyidah Zainab binti Jahsy bin Rabab bin Ya`mar itu salah seorang Ummul Mukminin, mereka diperlihara oleh Allah subhanahu wa ta'ala. Mana mungkin apa yg dilakukan Sayidina Umar bin Khattab radliyallahu anhu itu bid'ah dholalah.


Ada juga sebuah hadits maqthu' di dalam kitab Mushannaf Abdur Razzaq (no. 6040) karya Abu Bakar Abdurrazzaq bin Hammam bin Nafi' al-Humairi al-Yamani Ash-Shan'ani rahimahullah (wafat 211 H / 826 M Yaman), bahwa Abu Abdullah Muhammad bin Ibrahim bin Al Harits bin Khalid al-Taimi rahimahullah (wafat 120 H / 738 M), salah seorang ulama besar Madinah berkata :


عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ بْنِ الْحَارِثِ التَّيْمِيِّ ، قَالَ " أَوَّلُ فُسْطَاطٍ ضُرِبَ عَلَى قَبْرِ أَحَدٍ مِنَ الْمُسْلِمِينَ لَعَلَى قَبْرِ زَيْنَبَ بِنْتِ جَحْشٍ وَكَانَ يَوْمًا حَارًّا


"Kubah yg pertama kali dibangun diatas kubur salah seorang kaum muslimin adalah dibangun diatas kubur Zainab binti Jahsy, pada musim panas". 


2. Menganjurkan sholat tarawih secara berjamaah sebulan penuh


حَدَّثَنِي مَالِك عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَبْدٍ الْقَارِيِّ أَنَّهُ قَالَ خَرَجْتُ مَعَ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ فِي رَمَضَانَ إِلَى الْمَسْجِدِ فَإِذَا النَّاسُ أَوْزَاعٌ مُتَفَرِّقُونَ يُصَلِّي الرَّجُلُ لِنَفْسِهِ وَيُصَلِّي الرَّجُلُ فَيُصَلِّي بِصَلَاتِهِ الرَّهْطُ فَقَالَ عُمَرُ وَاللَّهِ إِنِّي لَأَرَانِي لَوْ جَمَعْتُ هَؤُلَاءِ عَلَى قَارِئٍ وَاحِدٍ لَكَانَ أَمْثَلَ فَجَمَعَهُمْ عَلَى أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ قَالَ ثُمَّ خَرَجْتُ مَعَهُ لَيْلَةً أُخْرَى وَالنَّاسُ يُصَلُّونَ بِصَلَاةِ قَارِئِهِمْ فَقَالَ عُمَرُ نِعْمَتِ الْبِدْعَةُ هَذِهِ وَالَّتِي تَنَامُونَ عَنْهَا أَفْضَلُ مِنْ الَّتِي تَقُومُونَ يَعْنِي آخِرَ اللَّيْلِ وَكَانَ النَّاسُ يَقُومُونَ أَوَّلَهُ 


Telah menceritakan kepadaku dari Imam Malik rahimahullah dari Imam Ibnu Syihab rahimahullah(wafat 124 H / 741 M Madinah), dari Abu Abdullah Urwah bin Az Zubair rahimahullah (wafat 93 H / 711 M Madinah), dari ‘Abdurrahman bin ‘Abdul Qari rahimahullah (wafat 88 H /706 M, wakil bendahara negara Baitul Mal zaman Kholifah Umar bin Khattab Radhiyallahu Anhu) dia berkata: Pada satu malam di bulan Ramadan aku keluar bersama dgn ‘Umar bin al-Khattab radhiallahu ‘anh ke masjid. Di dapati orang ramai sholat terpisah. Ada yg sholat sendirian, ada pula yg sholat dan sekumpulan (datang) mengikutinya. ‘Umar berkata: “Jika aku kumpulkan mereka pada seorang imam adalah lebih baik.” Kemudian beliau melaksanakannya maka dikumpulkanlah mereka dgn (di imami oleh) Abul Mundzir Ubay bin Ka'ab bin Qais bin Ubaid bin Zaid bin Mu'awiyah bin Amr bin Malik bin Taimullah bin Tsa'labah bin al-Khazraj atau Ubai bin Ka‘ab Radhiyallahu Anhu (wafat 29 H atau 649 M Madinah)


Kemudian aku keluar pada malam yg lain, orang ramai mengerjakan sholat dgn imam mereka (Ubai bin Ka‘ab). Berkata ‘Umar: “Sebaik2 bid‘ah adalah perkara ini, sedangkan yg mereka tidur (solat pada akhir malam) lebih dari apa yg mereka bangun (awal malam) (Termaktub dalam kitab Shahih al-Bukhari, hadits no: 2010, Kitab Solat Tarawih, Bab keutamaan orang yg beribadah pada malam Ramadhan dan Kitab al-Muwattha’ (الموطأ) karya al-Imam Malik rahimahullah, hadits no: 231 (Kitab seruan kepada sholat, Bab apa yg berkenaan solat pada malam Ramadhan)


Berkata Abu Abdullah Muhammad bin Sa'ad bin Mani' al-Basri al-Hasyimi atau Imam Ibnu Sa’ad rahimahullah (wafat 16 Februari 845 M, Bagdad, Irak), ketika menceritakan biografi Umar bin Khaththab Radhiyallahu Anhu, dalam Ath-Thabaqat Al-Kabir, juz III: “Beliaulah, orang pertama yg mentradisikan shalat malam2 Ramadhan (Tarawih) dgn berjamaah. Kemudian, ia menginstruksikannya ke seluruh negeri, yaitu pada bulan Ramadhan tahun 14 H / 635 M. Ia mengangkat dua qari (imam) di Madinah; seorang mengimami sembahyang Tarawih untuk kaum laki2 dan seorang lainnya untuk kaum wanita… dan seterusnya.”


3. Sholat Tarawih 23 Rokaat


Berkata Abu Rauh Yazid bin Ruman Al-Asadiy rahimahullah (maula keluarga Az Zubair, wafat 130 H / 747 M Madinah) : “Di zaman Umar bin Khattab Radhiyallahu Anhu, orang2 melaksanakan shalat malam di bulan ramadhan (shalat tarawih) dgn 23 rakaat “ (H.R. Imam Muslim rahimahullah).


Imam Malik rahimahullah (wafat 795 M, Madinah), meriwayatkan dari Yazid bin Khashifah rahimahullah, dari As-Sa'ib bin Yazid rahimahullah, bahwa jumlahnya adalah 20 rakaat, selain salat witir. Sementara itu, dari Yazid bin Ruman rahimahullah dikatakan, Muhammad bin Nashr rahimahullah meriwayatkan dari jalur Atha' bin Abi Robbah rahimahullah, bahwa "aku mendapati mereka pada bulan Ramadan salat 20 rakaat dan 3 rakaat witir)".


C. Sayyidina Utsman Bin Affan Bin Abi Al-Ash Radhiyallahu Anhu (wafat 17 Juni 656 M, Jannatul Baqi' Madinah) tentang Adzan Jum’at 2 kali.


Memang pada masa Rasulullah, Abu Bakr dan Umar, adzan Jumat dilaksanakan sekali saja, sebagaimana riwayat berikut ini: 


عَنِ السَّائِبِ بْنِ يَزِيدَ ابْنِ أُخْتِ نَمِرٍ قَالَ: لَمْ يَكُنْ لِرَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَّا مُؤَذِّنٌ وَاحِدٌ فِي الصَّلَوَاتِ كُلِّهَا فِي الْجُمُعَةِ وَغَيْرِهَا يُؤَذِّنُ وَيُقِيمُ، قَالَ: كَانَ بِلَالٌ يُؤَذِّنُ إِذَا جَلَسَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى الْمِنْبَرِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَيُقِيمُ إِذَا نَزَلَ، وَلِأَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا حَتَّى كَانَ عُثْمَانُ [رواه أحمد]


“Diriwayatkan dari as-Saib bin Yazid anak saudara perempuan Namir, ia berkata: Rasulullah shalallahu alaihi wasallam dahulu tidak memiliki selain satu muazin di dalam semua sholat, baik pada hari Jumat maupun lainnya, yg bertugas adzan dan iqamah. Ia berkata: Bilal dahulu adzan apabila Rasulullah shalallahu alaihi wasallam duduk di atas mimbar pada hari Jumat dan iqamah apabila beliau turun, dan (dia juga melakukan seperti itu) untuk Abu Bakar dan Umar radhiyallahu ‘anhu sehingga (zaman) Utsman” (HR  Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah)


Kemudian riwayat bahwa Sayyidina Utsman menambah satu adzan lagi adalah sbg berikut:  


عَنْ السَّائِبِ بْنِ يَزِيدَ قَالَ: كَانَ النِّدَاءُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَوَّلُهُ إِذَا جَلَسَ الْإِمَامُ عَلَى الْمِنْبَرِ عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، فَلَمَّا كَانَ عُثْمَانُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ وَكَثُرَ النَّاسُ زَادَ النِّدَاءَ الثَّالِثَ عَلَى الزَّوْرَاءِ [رواه البخاري].


“Diriwayatkan Saib bin Yazid bin Said bin Tsumamah bin Aswad Al-Kindi atau Saib bin Yazid Radhiyallahu Anhu (wafat 91 H / 709 M Madinah) berkata: “Pada masa Rasulullah, Abu Bakar, dan Umar, adzan di hari Jum’at pada awalnya hanyalah ketika Imam duduk di atas mimbar. Pada saat Ustman bin Affan menjabat sbg khalifah, dan manusia sudah semakin banyak, beliau pun memerintahkan orang2 untuk mengumandangkan azan yg ketiga. Adzan tsb dilakukan di atas zaura’ (sebuah tempat di pasar Kota Madinah) dan ketetapan itu diberlakukan untuk masa selanjutnya”. (HR. Imam Bukhari rahimahullah)


Dari dua riwayat tsb, disimpulkan bahwa dalam sholat Jumat pada masa Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam, Abu Bakr, dan Umar adalah adzan sekali. Kemudian pada masa Utsman, karena umat Islam bertambah banyak,  dan tempat tinggalnya berjauhan, sehingga beliau khawatir ada yg tidak mendengarkan adzan, maka dibutuhkan satu lagi adzan, untuk memberitahu masuknya waktu sholat Jumat yg akan dilaksanakan.  


Mengacu pada riwayat kedua tsb, bahwa yg dimaksud adzan yg ketiga adalah adzan yg dilantunkan sebelum khatib naik ke mimbar. Sementara adzan pertama adalah adzan setelah khatib naik ke mimbar dan duduk, sebelum khatib berkhutbah dan adzan kedua adalah iqamah. 


Syihabuddin Abul Fadhl Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Muhammad bin Ali bin Mahmud bin Ahmad bin Hajar Asy-Syafi'i atau Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalani rahimahullah (wafat 2 Februari 1449 M Kairo, Mesir) dalam kitab  Fathul Bary Syarh Shahih al-Bukhari mengutip riwayat Abu Sufyan Waki ibnu al-Jarrah ibnu Malih al-Ruʾasi al-Kilabi al-Kufi atau Imam Waqi' rahimahullah (745 - 812 M Kufah) dari Muhammad bin Abdurrahman Al 'Amiri bin Al Mughirah bin Al Harits bin Ibnu Abi Dzib atau Ibn Dzib rahimahullah (wafat 159 H / 775 M Kufah pada usia 79 tahun), tentang adanya dua adzan pada masa Nabi, Abu Bakr, dan Umar. Kemudian beliau mengutip pendapat Abu Bakar Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah An-Naisaburi atau Imam Ibnu Khuzaimah rahimahullah (837 - 923 M, Naisabur, Iran), "...dua kali adzan maksudnya adalah adzan dan iqamah. Dinamakan dua adzan karena sama2 bermakna i'lam (pemberitahuan). 


D. Bilal ibn al-Harits ibnu 'Asim ibn Sa'id ibnu Qurrah ibnu Khaladah ibnu Tha'labah Abu 'Abdurrahman al-Mazani atau Bilal Bin Harits Al-Mazani Radhiyallahu Anhu (wafat 682 M di Basrah, pada hari2 terakhir dari masa pemerintahan Khalifah Muawiyah bin Abu Sufyan Radhiyallahu Anhu), "yg berdoa di makam Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam".


”Telah diriwayatkan dari Abu bakr Al-‘Absi Abdullah bin Muhammad bin Al-Qadli Abu Syaibah Ibrahim bin ‘Utsman bin Kuwasta atau Imam ibnu Abu Syaibah rahimahullah (wafat 2 Agustus 849 M, Kufah, Irak) dgn sanad yg shahih, dari riwayat Imam Abu Sholih as-Sammani rahimahullah (wafat 101 H / 720 M Madinah) dari Malik bin Iyadh ad-Daari rahimahullah (wafat pada awal pemerintahan Utsman bin Affan Radhiyallahu Anhu), yg mana beliau adalah bendaharanya khalifah ‘Umar bin Khattab Radhiyallahu Anhu, beliau berkata: Masyarakat ditimpa paceklik pada masa Khalifah ‘Umar bin Khattab Radhiyallahu Anhu, kemudian seseorang mendatangi kubur Nabi Muhammad Shollallaah ‘alaih wa sallam kemudian berkata: “Yaa Rasulallah, mohonkan hujan untuk ummatmu disebabkan mereka hendak binasa”. Kemudian di dalam tidurnya, datanglah seseorang dan berkata kepadanya: “Datangilah ‘Umar!”. Dan sungguh telah diriwayatkan pula dari Saif di dalam al-Futuuh bahwasanya lelaki yg bermimpi tadi adalah Bilal bin al-Harits al-Mazani yg merupakan salah seorang dari kalangan sahabat.“ (Fathul Bari: Imam Ibnu Hajar)


Hadis di atas, selain diriwayatkan oleh Imam Ibnu Abi Syaibah rahimahullah dalam kitab Al Mushannaf (Hadits 31.993), juga oleh Imam Al Baihaqi rahimahullah (994 - 1066 M Naisabur, Iran) dalam kitab Dalailun Nubuwwah (8/91 no. 2974) dan Imamul Hadits Al-Hakim Al-Hafidh Abi ya'la Al-Khalil Bin Abdullah Bin Ahmad Ibnu Al-Khalil Al-Khalili Al-Quzwaini atau Imam Khaliliy rahimahullah (wafat 446 H / 1054 M) dalam kitab Al Irsyad fi Ma'rifati Al-Muhadditsin (1/313-314). 


Tentang riwayat Imam Al Baihaqi rahimahullah, Imaduddin Abul Fida Al-Muhaddits Al-Hafidh Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir Al-Bashri Ad-Dimasyqi  Asy-Syafi'i atau Imam Ibnu Katsir rahimahullah (wafat 18 Februari 1373 M Damaskus, Suriah) dalam kitab Al Bidayah wan Nihayah (7/105) berkata, “Sanad hadis ini shahih.” Sedangkan tentang riwayat Ibnu Abi Syaibah, Imam Al-Hafidh Ibnu Hajar Al-Asqalani Asy-Syafi'i rahimahullah (wafat 2 Februari 1449 M, Kairo, Mesir) dalam kitab Fathul Bari Syarh Sahih Bukhari (2/495) berkata, “Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan dgn sanad shahih dari riwayat Imam Abu Shalih dari Malik Ad Darr".


E. Abu Ayyub Al-anshari Radhiyallahu Anhu (wafat 674 M,  Konstantinopel) tentang "Menempelkan wajah di atas makam Nabi Muhammad".


“Dawud ibn Salih Al-Madani rahimahullah berkata: pada suatu hari, Khalifah Marwan Ibnu Al-Hakam bin Abi Al-Ash (wafat 7 Mei 685 M,  Damaskus, Suriah) melihat seorang laki2 menaruh wajahnya di atas makam Nabi Muhammad salllahu ‘alaihi wasallam. Marwan menegurnya, “Kau tahu apa yg kau lakukan?” Ketika Marwan sampai di dekatnya, orang tsb menoleh dan memperlihatkan wajahnya ternyata orang tsb adalah Abu Ayyub al-Ansari radliyallahu anhu (salah seorang sahabat besar dari golongan Ansar). Sayyidina Abu Ayyub Al-Ansari radiyallahu ‘anhu berkata: “Ya, Aku datang kepada Nabi, bukan ke sebuah batu.”


Hadits tsb riwayat Imam Ibnu Hibban rahimahullah (884 - 965 M, Afghanistan) dalam kitab Shahihnya, Imam Ahmad Bin Hambal rahimahullah (5:422), Imam Thabrani dalam kitab Mu’jamul Kabir (4:189), Syaikhul Islam Imam Ibnu Hajar Al-Haitami Asy-Syafi'i rahimahullah dalam kitab al-Zawa’id (5:245), Imam al-Hakim An-Naisaburi rahimahullah dalam kitab Al-Mustadrak (4:515), hadits ini dishahihkan oleh Imam Ibnu Hajar Al Asqalani asy-Syafi'i rahimahullah dan Imam Adz-Dzahabi Asy-Syafi'i rahimahullah.


F. Raja Yamamah Tsumamah bin Utsal Al-Hanafi Radhiyallahu Anhu (wafat 11 H / 632 M) tentang "Mengambil berkah dari keringat Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam".


Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa’id bin Jamil bin Tharif Ats-Tsaqafi al Balkhi al Baghlani rahimahullah (wafat 240 H / 854 M di Baghlan Afghanistan) telah menceritakan kepada kami Abu Abdullah Muhammad bin 'Abdullah bin Al Mutsannaa bin 'Abdullah bin Anas bin Malik atau Muhammad bin Abdullah Al Anshari rahimahullah (wafat 215 H / 830 M di Basrah) dia berkata; telah menceritakan kepadaku Ayahku dari Tsumamah bin Utsal Al-Hanafi Radhiyallahu Anhu, dari Abu Hamzah Anas bin Malik bin An Nadlir bin Dlamdlom bin Zaid bin Haram radliyallahu anhu (wafat 91 H / 709 M di Basrah), bahwa Ummu Sulaim binti Milhan bin Zaid bin Haram bin Jundub Al-Anshariyah atau Ar-Rumaysha’ binti Milhan Radhiyallahu Anha (wafat 30 H / 650 M), bahwa dia biasa membentangkan tikar dari kulit untuk Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu beliau istirahat siang di atas tikar tsb, Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu melanjutkan; “Apabila Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam telah tidur, maka Ummu Sulaim Radhiyallahu Anha mengambil keringat dan rambutnya yg terjatuh dan meletakkannya di wadah kaca, setelah itu ia mengumpulkannya di sukk (ramuan minyak wangi), Tsumamah bin Utsal Al-Hanafi Radhiyallahu Anhu berkata; ‘Ketika Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu hendak meninggal dunia, maka dia berwasiat supaya ramuan tsb dicampurkan ke dalam hanuth (ramuan yg digunakan untuk meminyaki mayyit), akhirnya ramuan tsb diletakkan di hanuth (ramuan yg digunakan untuk meminyaki mayyit).” (HR. Imam Bukhari rahimahullah : 5809)


BERZIARAH & MEMANGGIL NAMANYA


Imam Ibnu Katsir rahimahullah (wafat 18 Februari 1373 M, Damaskus, Suriah) menulis: Abu al-Qasim Al-Hafidz Tsiqatuddin Ali bin Abi Muhammad Al-Husain bin Hibatullah bin Abdullah bin al-Husain ad-Dimasyqi asy-Syafi'i atau Imam Ibnu Asakir rahimahullah (25 Januari 1176 M, Damaskus, Suriah) meriwayatkan dalam biografi Amru bin al-Jamuh Radhiyallahu Anhu (wafat 19 Maret 625 M, Gunung Uhud, Madinah) : “Seorang pemuda yg biasa shalat dan berdoa ke Masjid. Suatu ketika, seorang wanita bermaksud buruk padanya, mengundangnya datang kerumah. Disaat si pemuda dirumahnya, ia membaca ayat2 Quran (إِنَّ ٱلَّذِينَ ٱتَّقَوْاْ إِذَا مَسَّهُمْ طَـٰئِفٌ مِّنَ ٱلشَّيْطَـٰنِ تَذَكَّرُواْ فَإِذَا هُم مُّبْصِرُونَ) dgn keras dan kemudian pingsan, lalu meninggal karena takut kepada Allah. Lalu mayatnya dishalatkan kemudian di kuburkan. Umar bin Khattab Radhiyallahu Anhu bertanya: “Dimana pemuda yg kerap shalat dimasjid itu?” Orang2 menjawab: “Ia telah wafat dan kami telah menguburkannya.” Kemudian Umar bin Khattab Radhiyallahu Anhu mendatangi kuburnya dan memanggil namanya dan kemudian membacakan satu ayat Quran berbunyi: [55:46] Dan bagi orang yg takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua syurga (QS. Ar Rahman :46). Lalu terdengar suara dari si pemuda menjawab dalam kuburnya, “Benar sekali! Allah telah memberiku dua syurga”.(Termaktub dalam kitab Tafsir Ibn Katsir rahimahullah, Volume 006, Halaman No. 496)


G. Abu Hurairah atau Abdurrahman bin Shakhr Al-Azdi Radhiyallahu Anhu (603 - 678 M, Jannatul Baqi' Madinah)


1. Meminta kepada Nabi agar Allah kuatkan hafalannya


“Wahai Rasulullah, saya mendengar banyak hadits darimu namun saya lupa. Saya ingin lupa ini hilang,” Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu mengadu. “Bentangkan selendangmu,” perintah beliau. Lalu Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu membentangkan selendangnya dan beliau mengambil udara dgn tangannya dan meletakkannya pada selendang tsb kemudian bersabda, “Lipatlah selendangmu!” Lalu Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu melipat selendangnya. “Sesudah peristiwa itu saya tidak pernah mengalami lupa,” ucap Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu. (HR Imam Bukhari rahimahullah dalam Kitabu Al ‘Ilmi Babu Hifdhi Al ‘Ilm hadits : 119.)


2. Membaca Istigfar 12.000 x


“Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah meriwayatkan dari Ikrimah bin Abi Jahal Radhiyallahu Anhu, bahwa Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu berkata: Sungguh saya meminta ampunan kepada Allah (istighfar) dan bertaubat setiap hari sebanyak 12.000 kali, hal ini sesuai dgn tebusan dosa saya. Imam Abdullah bin Ahmad bin Hambal rahimahullah (wafat 903 M, Bagdad, Irak), meriwayatkan bahwa Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu memiliki benang yg terdiri dari 12.000 ikatan, yg ia gunakan sebelum tidur. Dalam riwayat lain, sebanyak 2000 ikatan, Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu tidak tidur hingga bertasbih dgnnya. Riwayat ini lebih sahih dari sebelumnya” (Imam Ibnu Katsir rahimahullah, kitab al-Bidayah wan Nihayah 8/120)


H. Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhu (619 - 687 M, Ta'if), membaca Sholawat 1000 x


Syaikh Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah rahimahullah (wafat 15 September 1350 M, Damaskus, Suriah murid Syaikh Ibnu Taimiyah rahimahullah) Menjelaskan: Dari Sulaiman bin Mihran al-Asadi al-Kahali Abu Muhammad al-Kufi al-A'masy atau Al-A’masy rahimahullah (680 - 765 M, Kufah, Irak), dari Abu Sulaiman Zaid ibnu Wahb Al-Juhani rahimahullah (wafat 96 H / 714 M Kufah), telah berkata Ibnu Mas’ud Radhiyallahu Anhu (wafat 650 M, Jannatul Baqi' Madinah) kepada saya: Wahai Zaid, jangan kau tinggalkan di hari Jumat untuk bersalawat kepada Nabi 1000 kali” (kitab Jala’ al-Afham 1/87)


ULAMA - ULAMA SALAF


1. Yahya Bin Ya’mar Al-Adnawi rahimahullah (wafat 708 M) tentang Pemberian titik pada Mushaf Al – Qur’an 


“Orang pertama yg memberikan tanda “TITIK” pada Mushhaf2 itu adalah Yahya Bin Ya’mar rahimahullah”.


Dan adalah sebelumnya mushhaf ditulis tanpa tanda titik, maka ketika Yahya bin Ya’mar rahimahullah menambahkan tanda titik pada Mushhaf, tak ada seorang pun ulama yg melarangnya, padahal Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, saja tidak pernah memerintahkan untuk menambahkan tanda titik pada penulisan Mushhaf.


2. Abu Abdullah Khalid Bin Ma’dan bin Abi Karb rahimahullah (wafat 104 H / 722 M, Madinah) dalam Membaca tasbih 40.000 x


“Khalid bin Ma’dan rahimahullah, bertasbih setiap hari sebanyak 40.000 tasbih selain al-Quran. Ketika meninggal ia diletakkan di atas meja untuk dimandikan, ternyata jarinya bergerak bertasbih” (juga termaktub dalam kitab Imam Abu Nuaim Al-Isfahani rahimahullah, dalam kitab  al-Hilyah 5/210 dan Imam adz-Dzahabi rahimahullah, dalam kitab Tadzkirah al-Huffadz 1/93)


3. Abu Al-Walid Umair Bin Hani Al 'Ansiy rahimahullah (wafat 127 H / 744 M Membaca Tasbih 100.000 X


Dan pernah di tanyakan kepada Umair Bin Hani rahimahullah, kami tidak pernah melihat lisanmu berhenti bergerak, berapakah engkau membaca tasbih dalam sehari ? ia berkata seratus ribu tasbih. (Kitab jamiul ulum 1/446)


4. Imam Abu Ismail Marah Bin Syarahil (wafat 76 H / 695 M Kufah) tentang bShalat Sunnah 600 rakaat.


“Imam Ibnu Hibban rahimahullah menambahkan bahwa Marrah bin Syarahil rahimahullah salat dalam sehari 600 rakaat. Ahmad Ibnu Abdillah Ibnu Sholeh Abul Hasan Al- ‘Ajali Al-kufi atau Imam al-Ajali rahimahullah (wafat 261 H / 874 M Kufah) berkata, ia tabiin yg tsiqah, ia salat dalam sehari 500 rakaat” (kitab Tahdzib at-Tahdzib, al-Hafidz Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah, 10/80)


5. Imam Abdur Rahman bin Mall bin 'Amru, An Nahdiy Al Kufiy rahimahullah (95 H / 713 M Basrah) tentang Shalat sunnah 100 rokaat.


Sesungguhnya Aba Utsman An-Nahdi rahimahullah, beliau shalat antara waktu magrib dan isya sebanyak 100 rokaat, berkata abu hatim rahimahullah "ia seorang tsiqqoh". (Kitab Siyar A'lam Nubala karya Imam Adz-Dzahabi rahimahullah, 4/175)


6. Keluarga Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhum tentang Membuat kubah di makam Ibnu Abbas.


Abbas (paman Rasulullah shalallahu alaihi wasallam) meninggal pada tahun 32 H. Dishalati oleh Utsman bin Affan radliyallahu anhu, dimakamkan di Jannatul Baqi’ Madinah dan diatas kuburnya ada kubah besar yg dibangun para Khalifah keluarga Abbas” (Kitab Siyar A'lam Nubala karya Imam Adz-Dzahabi rahimahullah, 2/97)


7. Imam Abu Hamdun Ath-Thayyib Bin Ismail Bin Ibrahim Al-Fashshash Al-Muqri' rahimahullah: Mendoakan 300 nama shahabat sebelum tidur 


ABU HAMDUN adalah ulama shalih ahlul Qur`an yg zuhud. Beliau memilki lembaran yg berisi 300 nama sahabat2nya. Dimana beliau selalu mendoakan mereka tiap malamnya. Suatu saat malam, Abu Hamdun meninggalkan kebiasaan itu, dan ia langsung tidur. Namun setelah itu beliau bermimpi ada yg menyampaikan kepada beliau, ”Wahai Abu Hamdun, engkau belum menyalakan lampu malammu”. Akhirnya Abu Hamdun bangun dan menyalakan lampu2nya, lalu ia duduk mengambil lembaran yg bertulis 300 nama teman2nya dan mendoakan mereka satu-persatu hingga selesai. (Kitab Shifat Ash Shafwah, 2/239, karya Al-Imam Al-Hafidh Syekh Abdurrahman Abu al-Faraj bin Ali bin Muhammad al-Jauzi al-Qurasyi al-Baghdadi Al-Hambali atau Imam Ibnul Jauzi rahimahullah, wafat 16 Juni 1201 M Bagdad, Irak)


8. Imam Ali Bin Al-Muwaffiq rahimahullah : menghadiahkan/ trasfer pahala.


Imam Alhafidh Al Muhaddits Ali bin Almuwaffiq rahimahullah : “Aku 60 kali melaksanakan haji dgn berjalan kaki, dan kuhadiahkan pahala dari itu 30 haji untuk Rasulullah shalallahu alaihi wasallam”. (Kitab Tarikh Baghdad, Juz 12 hal 111, karya Abu Bakr Aḥmad ibn ʿAli ibn Tsabit ibnu Aḥmad ibn Mahdi al-Syafi'i atau Imam al-Khatib al-Baghdadi, wafat 5 September 1071 M Bagdad, Irak).


9. Imam Abul Abbas Muhammad : menghadiahkan/ trasfer pahala.


Berkata Al Imam Alhafidh Al Muhaddits Abul Abbas Muhammad bin Ishaq Atssaqafiy Assiraaj rahimahullah (wafat 313 H / 925 M, salah satu guru Imam Bukhari dan Imam Muslim) : “Aku mengikuti Imam Ali bin Almuwaffiq rahimahullah, aku lakukan 7 X haji yg pahalanya untuk Rasulullah shalallahu alaihi wasallam dan aku menyembelih Qurban 12.000 ekor untuk Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam, dan aku khatamkan 12.000 kali khatam Alqur’an untuk Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, dan kujadikan seluruh amalku untuk Rasulullah shalallahu alaihi wasallam”. (Kitab Tarikh Baghdad Juz 12 hal 111).


10. Imam Abu Ishaq Al Muzaqqi Rahimahullah (menghadiahkan/ trasfer pahala)


Berkata Al Imam Al Hafidh Abu Ishaq Almuzakkiy, aku mengikuti Abul Abbas dan aku haji pula 7X untuk Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, dan aku mengkhatamkan Alqur’an 700 kali khatam untuk Rasulullah shalallahu alaihi wasallam. (Kitab Tarikh Baghdad Juz 12 hal 111).


IMAM SYAFI’I & PENGIKUT MADZHABNYA


1. Anjuran membaca Qunut di sholat subuh


Tersebut dalam kitab Al-Majmu’ Syarah Al-Muhadzdzab, jilid 3 hlm.504, karya Al-Imam al-Allamah Abu Zakaria Muhyuddin bin Syaraf an-Nawawi ad-Dimasyqi Asy-Syafi'i atau Imam Nawawi rahimahullah (wafat 10 Desember 1277 M, Nawa, Suriah), maksudnya:


“Dalam madzhab Syafi'i disunatkan qunut pada sholat shubuh, sama ketika turun bencana atau tidak. Dengan hukum inilah berpegang mayoritas ulama' salaf dan orang2 yg sesudah mereka atau kebanyakan dari mereka. Dan diantara yg berpendapat demikian adalah Abu Bakar As-Siddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Talib, Ibnu Abbas, Barra’ bin Azib, radliyallahu anhum. Ini diriwayatkan oleh Imam Al-Baihaqi rahimahullah (994 - 1066 M, Naisabur, Iran) dgn sanad2 yg sahih. Banyak ulama tabi’in dan setelah mereka berpendapat demikian. Ini juga madzhabnya Imam Ibnu Abi Laila, Imam Al-Hasan, Imam Ibnu Shalah, Imam Malik dan Imam Daud rahimahumullah.


Termaktub juga dalam kitab Al-Umm jilid 1 hlm. 205 bahwa Imam Syafi'i rahimahullah berkata : “Tak ada qunut dalam sholat lima waktu kecuali sholat subuh. Kecuali, jika terjadi bencana maka boleh qunut pada semua sholat jika imam menyukai”


Tersebut juga dalam kitab Al-Mahalli jilid 1 hlm.157, Al-Imam Jalaluddin Abu Abdillah Muhammad bin Syihabuddin Ahmad bin Kamaluddin Muhammad bin Ibrahim bin Ahmad bin Hasyim Al-Abbasi Al-Anshari Al-Mahalli Al-Qahiri Asy Syafi'i atau Imam Jalaluddin Al-Mahalli rahimahullah (1389 - 1460 M, Kairo, Mesir), berkata : “Disunatkan qunut pada i'tidal rakaat yg kedua sholat subuh dgn doa, Allahumahdini hingga akhirnya”


2. Membagi Bid’ah Menjadi 2 : Bid’ah Dholalah & Hasanah


Perkara2 baru itu terbagi menjadi dua macam:

Pertama: Perkara baru yg menyalahi al-Qur’an, Sunnah, Ijma’ atau menyalahi Atsar, perkara baru semacam ini adalah bid’ah yg sesat (Bid’ah Dholalah).


Kedua: Perkara baru yg baik dan tidak menyalahi satu pun dari al-Qur’an, Sunnah, maupun Ijma’, maka perkara baru seperti ini tidak tercela (Bid’ah Hasanah).


(Diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi rahimahullah dgn sanad yg Shahih dalam kitab Manaqib Asy-Syafi’i –Jilid 1- Halaman 469).


3. Ziarah, Sholat & Berdoa Di Makam Imam Hanafi


Aku mendengar Imam asy Syafi’i rahimahullah berkata: "Sesungguhnya saya benar2 melakukan tabarruk (mencari berkah) kepada Imam Abu Hanifah rahimahullah (5 September 699 - 14 Juni 767 M, Bagdad, Irak), aku mendatangi makamnya setiap hari untuk ziarah, jika ada suatu masalah yg menimpaku, maka aku shalat dua raka’at dan aku mendatangi makam Imam Abu Hanifah rahimahullah, aku meminta kepada Allah subhanahu wa ta'ala, agar terselesaikan urusanku di samping makam beliau, hingga tidak jauh setelah itu, maka keinginanku telah dikabulkan”. (Kitab Tarikh Baghdad karya Imam Al-khatib al-Baghdadi Asy-syafii rahimahullah).


IMAM HAMBALI


Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah (wafat 2 Agustus 855 M, Bagdad, Irak)


1. Membolehkan mencium podium Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam


DR. Washiyullah bin Muhammad Abbas rahimahullah, dalam Kitab Ilal wa Ma'rifati Rijal Lil Imam Ahmad bin Hanbal 2/429: nomer 3243; cet maktab al islami: “Saya bertanya kepadanya (Ahmad bin Hanbal rahimahullah) tentang orang yg menyentuh podium Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam, dan mencari berkah dgn menyentuh dan menciumnya, dan melakukan hal yg sama ke kuburan beliau, atau hal seperti itu, dgn tujuan mendekatkan diri dan mencari berkah dari Allah, ia (Ahmad) mengatakan: “Tidak apa2 dgn hal itu”.


2. Membolehkan Talqin Mayyit


“Talqin yg tsb ini (talqin setelah mayit dikuburkan) telah diriwayatkan dari segolongan sahabat nabi, bahwa mereka memerintahkannya, seperti Suday Ibnu 'Ajlan ibn Wahb atau Abi Umamah al-Bahili Radhiyallahu Anhu (wafat 700 M, Homs, Suriah), serta beberapa sahabat lainnya, oleh karena ini Al-lmam Ahmad bin Hanbal rahimahullah dan para ulama yg lain mengatakan bahwa sesungguhnya talqin mayit ini tidak apa2 untuk diamalkan… (kitab Majmu’ Fatawa Ibn Taimiyah rahimahullah, juz 1 hal. 242).


5. IMAM BUKHORI Rahimahullah


1. Melakukan ibadah secara ta’yin (menentukan sendiri)


“Muhammad bin Ismail al-Bukhari rahimahullah, jika malam pertama dari Ramadlan, ia mengumpulkan sahabatnya kemudian shalat dgn mereka setiap rakaat membaca 20 ayat, dan seterusnya sampai khatam al-Quran. Beliau membaca saat sahur antara separuh sampai sepertiga al-Quran, kemudian khatam saat sahur setiap 3 malam. Beliau mengkhatamkan di siang Ramadlan setiap hari 1 x khataman. Beliau mengkhatamkan saat berbuka tiap malam, beliau berkata: "Di setiap khatam al-Quran, ada doa yg dikabulkan” (Tahdzibul Kamal Fi Asma'ir Rijal, 24/446 karya Imam Jamaluddin Al-Hafidh Abu Al Hajjaj Yusuf bin Abdurrahman al Mazzi Asy-Syafi'i rahimahullah (1256 - 1342 M Damaskus, Suriah) dan kitab Thabaqat asy-Syafiiyah al-Kubra 2/165, karya Abu Nashr Tajuddin Abdul Wahhab bin Ali bin Abdul Kafi as-Subuki Asy-Syafi'i atau Imam Tajuddin As-Subki rahimahullah (wafat 4 Juli 1370 M Damaskus, Suriah)


2. Praktek Sholat Qobliah Jum’at


Telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Adham bin Sulaiman bin Manshur al-Balkhi rahimahullah, dia berkata : telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Dzi’b rahimahullah dari Sa’id Al Maqburi rahimahullah, dia berkata : telah mengabarkan kepadaku Bapakku dari Ibnu Wadi’ah rahimahullah dari Salman Al-Farisi Radhiyallahu Anhu, dia berkata : Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam bersabda : “Tidaklah seorang laki2 mandi pada hari Jum’at lalu bersuci semaksimal mungkin, memakai wewangian miliknya atau minyak wangi keluarganya, lalu keluar rumah menuju Masjid, ia tidak memisahkan dua orang pada tempat duduknya lalu dia shalat yg diperitahkan baginya dan diam ketika mendengarkan Imam berbicara, kecuali dia akan diampuni dosa2nya yg ada antara Jum’atnya itu dan Jum’at yg lainnya.” (HR. Imam Bukhari No. 883). Juga Imam Bukhari rahimahullah pada kitab Shahih Bukhari, bab Ad Duhn lil Jumu’ah, hadits no. 883, memberi judul : “Tsumma yusholli ma kutiba lahu..” Shalat Sunnah Sesudah Shalat Jum’at dan Sebelumnya.


3. Sebelum menulis hadits sholat sunnah 2 rokaat


Imam Bukhari rahimahullah berkata : “Tidaklah kutulis dalam kitab sahih satu hadits pun, melainkan aku mandi dahulu sebelumnya dan melakukan sholat dua rokaat” (Hadyus Sariy Muqaddimah Fathul Bari).


IMAM IBNU HIBBAN (884 - 965 M Afghanistan)


1. Berziarah & berdoa di makam wali


Imam Ali bin musa al-Ridho rahimahullah (1 Januari 766 M, Madinah - 6 Juni 818 M, Tus, Iran), meninggal di thus oleh racun yg di minumkan oleh Khalifah Al-Ma'mun Ar-Rasyid (14 September 786 M - 9 Agustus 833 M), makamnya sangat populer selalu di ziarahi orang, terletak di Sanabadz di luar Nuqan di sebelah Makam Ar-Rosyid. Aku berulang kali ziarah ke sana, setiap aku mengalami kesulitan selama tinggal di Thus, kemudian aku menziarahi makam Ali Bin Musa Ar-ridha rahimahullah dan aku berdoa kepada Allah, agar menghilangkan kesulitan dariku, kecuali pasti aku di kabulkan oleh Allah dan hilanglah kesulitan itu dariku. Hal ini berulang kali aku lakukan dan selalu terbukti. (Muhammad ibn Hibban ibn Ahmad Abi Hatim at Tamimi al Buti Asy-Syafi'i atau Imam Ibnu Hibban rahimahullah, kitab As-tsiqot: 8/457]


IBNU TAIMIYAH


1. Pemberian titik pada Alqur’an


Dalam kitab “Fatawi”nya pada jilid 3 halaman 402 : “dikatakan :”bahwa itu (penambahan tanda titik pada mushhaf) tidak di makruhkan (dibenci), karena sesungguhnya itu adalah bid’ah. dan juga dikatakan : “bahwa itu tidaklah di makruhkan karena itu dibutuhkan. Dan juga dikatakan : “bahwa di makruhkan penambahan tanda titik, jika tidak menambahkan syakal/harokat, karena syakal sangat diperlukan untuk menjelaskan baris. Dan pendapat yg shoheh / benar adalah : “Sesungguhnya penambahan tanda titik itu tidaklah jadi masalah.”


2. Dzikir Keras Setelah Sholat Berjama'ah


Di riwayatkan oleh murid beliau Al-Hafidz Umar Bin Ali Al Bazzar rahimahullah :


فإذا فرغ من الصلاة اثنى على الله عز وجل هو ومن حضر بما ورد من قوله اللهم انت السلام ومنك السلام تباركت يا ذا الجلال والاكرام ثم يقبل على الجماعة ثم يأتي بالتهليلات الواردات حيئذ ثم يسبح الله ويحمده ويكبره ثلاثا وثلاثين ويختم المائة بالتهليل كما ورد وكذا الجماعة ثم يدعو الله تعالى له ولهم وللمسلمين


Setelah Syaikh Ibnu taimiyah rahimahullah, selesai dari sholatnya, beliau BERSAMA JAMA'AH yg hadir membaca puji2an kepada Allah dgn bacaan “Allahumma anta As-salam, wa minka As-salam tabarokta wa ta’alaita ya dzal jalali wal ikrom” kemudian beliau menghadap pada jamaah, lalu membaca kalimat tahlil yg sunah, dan bertasbih, bertahmid, bertakbir 33 X dan mengakhirinya dgn tahlil, sebagaimana di sebutkan (dalam hadits) BERSAMA PARA JAMAAH. Kemudian, beliau berdoa untuk beliau pribadi dan untuk para jamaah dan kaum muslimin. (Imam Al bazzar rahimahullah : Kitab Al A’lamul Aliyah Fi Manaqib Ibni Taimiyah. Hal: 37)


3. Membolehkan Talqin Mayyit


“Talqin yg tsb ini (talqin setelah mayit dikuburkan), telah diriwayatkan dari segolongan sahabat bahwa mereka memerintahkannya seperti Abi Umamah al-Bahili Radhiyallahu Anhu, serta beberapa sahabat lainnya, oleh karena ini Al-lmam Ahmad bin Hanbal rahimahullah dan para ulama yg lain, mengatakan bahwa sesungguhnya talqin mayit ini tidak apa2 untuk diamalkan…” (Kitab Majmu’ Fatawa Ibn Taimiyah, juz 1 hal. 242).


IMAM IBNU QOYYIM AL JAUZIYYAH (Bertabaruk dgn Ibnu Taimiyah)


Ibnul Qayyim Al Jauziyyah rahimahullah mengisahkan, “Kami (murid2 Ibnu Taimiyyah rahimahullah), jika kami ditimpa perasaan gundah gulana atau muncul dalam diri kami prasangka2 buruk, atau ketika kami merasakan sempit dalam menjalani hidup, kami segera mendatangi Ibnu Taimiyah untuk meminta nasehat. Maka dgn hanya memandang wajah beliau dan mendengarkan nasehat beliau, serta merta hilang semua kegundahan yg kami rasakan dan berganti dgn perasaan lapang, tegar, yakin dan tenang”. (Lihat kitab Shahih Al Wabilush Shoyyib, antara hal. 91-96, Dar Ibnul Jauziy) .


IMAM IBNU KATSIR rahimahullah


1. Berziarah & mengambil berkahnya)


“Ali bin Nasr al-Arbil, seorang ulama pakar fiqih Syafi’i adalah orang pertama yg mengajar di daerah Arbil pada tahun 533 H / 1139 M. Beliau seorang yg mempunyai keistimewaan di bidang ilmu agama. Banyak orang mengambil manfa’at dgn keilmuan beliau. Beliau sibuk sekali di al-Harasyi dan lainnya di Baghdad. Beliau mendatangi Damsyiq (sekarang Damaskus – Syria).


Kemudian Ibnu ‘Asakir rahimahullah, menuliskan sejarah tentang beliau pada tahun itu juga, dan Abul ‘Abbas Ahmad ibn Khallikan atau Ibnu Khulkan rahimahullah (22 September 1211 - 30 Oktober 1282 M, Damaskus, Suriah) menterjemahkannya ke dalam kitab2 sejarah secara cermat. Dan dia berkata: Makam beliau suka diziarahi orang. Sesungguhnya aku (Imam Ibnu Katsir, pengarang kitab ini) pun sering menziarahinya. Aku melihat orang2 meninggikan kuburannya dan mengambil berkah dgn menziarahinya (bukan menyembah dan meminta berkah kepada kuburan) pula”. (Kitab Al-Bidayah wan Nihayah, karya Al-Hafidz Ibnu Katsir rahimahullah, cetakan Daar el-Fikr tahun 1978 Jilid 6 Juz 12 halaman 287).


IMAM IBNU HAJAR AL-HAITAMI


1. Bermaafan ketika Idul Fitri/ Idul Adha


Al-Imam al-Faqih al-Mujtahid Syihabuddin Abul ‘Abbas Ahmad bin Muhammad bin Ali bin Hajar al-Haitami al-Makki Asy-Syafi'i atau Ibnu hajar Al-Haitami rahimahullah (1503 - 1566 M Mekkah), di dalam Al-I’ab Syarh al-‘Ubab dan Imam Nuruddin Ali bin Yahya az Ziyadi atau Imam Az- ziyadi rahimahullah (wafat 1024 H / 1615 M), juga Syeikh ‘Abdullah bin Hijaz bin Ibrahim atau Imam as-Syarqowi rahimahullah (wafat Kamis 2 Syawwal 1227 H / 8 Oktober 1812 M di Mesir) :


"Mengucapkan selamat (tahniah) di hari raya itu, hukumnya sunnah. Waktunya untuk idul fitri, itu mulai terbenamnya matahari, sedangkan idul adha munculnya fajar hari arafah, “cukup sampai di sini”. Imam As-syarqowi rahimahullah menambahkan: "Begitu juga di tahun baru, dan awal bulan menurut pendapat yg muktamad, di sertai dgn bersalaman apabila sesama jenis dan tidak menimbulkan dosa, sebagaimana perempuan dan amrad “Mirel” yg bukan mahramnya. Dan di sertai dgn manis muka serta berdoa maghfirah. (Kitab Bughyatul Musytarsyidin: 185 maktabah syamela, Abu Tarim al-Habib ‘Abdur Rahman bin Muhammad bin Husain bin ‘Umar al-Masyhur atau Sayyid Abdurrahman al-mayshur rahimahullah (wafat Jumat, 15 Shafar 1320 H / 23 Mei 1902 M Hadramaut)


2.  Praktek Sunnahnya Sholat Sunnah Qobliah Jum’at


Telah menceritakan kepada kami, Sulthanul Auliya' Abu Ishaq Ibrahim bin Adham bin al-Manshur Al-Bakhli al-‘Ijli rahimahullah (718 782 M / 100 - 165 H) dia berkata : telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Dzi’b dari Abu Sa'ad Sa'id bin Abi Sa'id Kaisan Al Maqburiy atau Sa’id Al Maqburi rahimahullah (wafat 123 H / 740 M Madinah), dia berkata : telah mengabarkan kepadaku Bapakku dari Ibnu Wadi’ah rahimahullah dari Salman Al-Farisi Radhiyallahu Anhu, dia berkata : Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah seorang laki2 mandi pada hari Jum’at, lalu bersuci semaksimal mungkin, memakai wewangian miliknya atau minyak wangi keluarganya, lalu keluar rumah menuju Masjid, ia tidak memisahkan dua orang pada tempat duduknya, lalu dia shalat yg diperitahkan baginya, dan diam ketika mendengarkan Imam berbicara, kecuali dia akan diampuni dosa2nya yg ada antara Jum’atnya itu dan Jum’at yg lainnya.” (HR. Imam Bukhari No. 883). Juga Imam Bukhari pada kitab Shahih Bukhari bab Ad Duhn lil Jumu’ah, hadits no. 883, memberi judul : “Tsumma yusholli ma kutiba lahu..” Shalat Sunnah Sesudah Shalat Jum’at dan Sebelumnya.


Sarah Penjelasannya oleh Al-Hafidh Imam Ibnu Hajar Al-Asqolany Asy-Syafi'i rahimahullah : “Dalam hadis itu, terdapat dalil disyariatkannya shalat nafilah (sunnah) sebelum (qabla) shalat Jumat, berdasarkan sabda Nabi…” (kitab Fathul Bari Syarah Sahih Bukhari)


ULAMA BAHASA ARAB


Abu 'Ubaidah Ma'mar bin al-Mutsanna at-Taimi al-Bashri an-Nahwi atau Imam Ma'mar Al-Mutsanna rahimahullah (728 - 825 M, Basra, Irak) berkata “pertama kali orang yg meletakkan pondasi ilmu nahwu adalah Zhalim bin Amr atau Imam Abul Aswad Ad-Duali rahimahullah (wafat 688 M, Basra, Irak) Abu Abdullah Maimun al- Aqran rahimahullah, Anbasah Al fil, dan Abdulloh Bin Abi Ishaq. Abu Amr berkata “merekalah yg memberi titik, dan dari mereka di pelajari titik itu, dan di hafal juga di tulis, di pelihara dan di amalkan, sunnah mereka di ikuti, dan madzhab mereka di anuti (kitab Al Muhkam Fi Nuqotil Mushaf no:6).


Ahlus Sunnah Wal Jama’ah meyakini apa yg dilakukan para Sahabat, ulama generasi salaf, dst di atas, adalah bid’ah hasanah (perkara baru yg baik & tidak menyimpang dari syariat), akan tetapi para Salafi Wahhabi meyakini yg dilakukan di atas adalah bid’ah yg sesat, yg pelakunya masuk kedalam neraka, na’udzubillah .. maka sudah berapa banyak ulama & orang sholeh kah yg di anggap sesat ???  


Wallahu a’lam…


from a variety of sources https://nukotaprobolinggo.or.id www.santripedia.com and other sources, summarized by Al-Faqir Ahmad Zaini Alawi Khodim JAMA'AH SARINYALA 


CHANNEL YOUTUBE SARINYALA

https://youtube.com/channel/UC5jCIZMsF9utJpRVjXRiFlg

Biografi Singkat Rosululloh

 *Selamat ulang tahun Yaa Rasululloh*....

MONGGO DIKENALKAN KEPADA ANAK CUCU KITA... 

jika anda rela membaca tentang artis berjam2,

 maka buktikan bahwa anda LEBIH CINTA Nabi Muhammad saw dgn membaca tentang: Biografi Nabi Muhammad saw.


*BIODATA RASULULLAH S.A.W*

🖌 *Nama* : _Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muththalib bin Hashim_.

🖌 *Tarikh lahir :* _Subuh hari Isnin, 12 Rabiulawal_ bersamaan 20 April 571 Masehi,

(dikenali sebagai Tahun Gajah; karena peristiwa tentara bergajah Abrahah yang menyerang kota Ka'bah)

🖌 *Tempat lahir* : Di rumah Abu Thalib, Makkah Al-Mukarramah.

🖌 *Nama bapak* : Abdullah bin Abdul Muththalib bin Hashim.

🖌 *Nama ibu* : Aminah binti Wahab bin Abdu Manaf.

🖌 *Pengasuh pertama* : Barakah Al-Habsyiyyah (digelar Ummu Aiman. Hamba perempuan bapak Rasulullah SAW).

🖌 *Ibu susu pertama* : Thuwaibah (hamba perempuan Abu Lahab).

🖌 *Ibu susu kedua* : Halimah binti Abu Zuaib As-Sa'diah (lebih dikenali Halimah As-Sa'diah, suaminya bernama Abu Kabsyah).


*USIA 5 TAHUN*

💓 _Peristiwa pembelahan dada Rasulullah SAW yang dilakukan oleh dua malaikat_

ROSULALLAH MUHAMMAD SHOLLALLAHU'ALAIHI WASALLAM Manusia suci tanpa cela dan noda dibelah dadanya untuk menambah kesucian di dalam hatinya...


*USIA 6 TAHUN*

💓 _Ibunya Aminah binti Wahab ditimpa sakit dan meninggal dunia_ di Al-Abwa '

(sebuah kampung yang terletak di antara Makkah dan Madinah, baginda dipelihara oleh Ummu Aiman (hamba perempuan bapak Rasulullah SAW)

dan dibiayai oleh datuknya Abdul Muththalib.


*USIA 8 TAHUN*

💓 _Datuknya, Abdul Muththalib pula meninggal dunia_.

Baginda dipelihara pula oleh bapak saudaranya, Abu Thalib.


*USIA 9 TAHUN* (Setengah riwayat mengatakan pada usia 12 tahun).

💓Bersama bapak saudaranya, Abu Thalib bermusafir ke Syam atas urusan perniagaan.


💓Di kota Busra, negeri Syam, seorang pendeta Nasrani bernama Bahira (Buhaira) telah bertemu ketua-ketua rombongan untuk menceritakan tentang

pengutusan seorang nabi di kalangan bangsa Arab yang akan lahir pada masa itu.


*USIA 20 TAHUN*

💓Terlibat dalam peperangan Fijar. Ibnu Hisyam di dalam kitab 'Sirah', jilid1, halaman 184-187 menyatakan pada ketika itu usia Muhammad SAW ialah 14 atau 15 tahun. Baginda menyertai peperangan itu beberapa hari dan

berperanan mengumpulkan anak-anak panah sahaja.

💓Menyaksikan ' perjanjian Al-Fudhul ' ; perjanjian damai untuk memberi pertolongan kepada orang yang didzalimi di Makkah.


*USIA 25 TAHUN*

💓Bermusafir kali kedua ke Syam atas urusan perniagaan barangan Khadijah binti Khuwailid Al-Asadiyah.

💓Perjalanan ke Syam ditemani oleh Maisarah; lelaki suruhan Khadijah.

💓Baginda SAW bersama-sama Abu Thalib dan beberapa orang bapak saudaranya yang lain pergi berjumpa Amru bin Asad (bapak saudara Khadijah) untuk meminang Khadijah yang berusia 40 tahun ketika itu.

💓Mas kawin baginda kepada Khadijah adalah sebanyak 500 dirham.


*USIA 35 TAHUN*

💓Banjir besar melanda Makkah dan meruntuhkan dinding Ka'bah.

💓Pembinaan semula Ka'bah dilakukan oleh pembesar-pembesar dan penduduk Makkah.


💓Rasulullah SAW diberi kemuliaan untuk meletakkan 'Hajarul-Aswad' ke tempat asal dan sekaligus meredakan pertelingkahan berhubung perletakan batu tersebut.


*USIA 40 TAHUN*

💓Menerima wahyu di gua Hira' sebagai pelantikan menjadi Nabi dan Rasul akhir zaman.


*USIA 53 TAHUN*

💓Berhijrah ke Madinah Al-Munawwarah dengan ditemani oleh Sayyidina Abu Bakar As-Siddiq.

💓Sampai ke Madinah pada tanggal 12 Rabiulawal / 24 September 622M.


*USIA 63 TAHUN*

💓Kewafatan Rasulullah SAW di Madinah Al-Munawwarah pada hari Isnin, 12 Rabiulawal tahun 11Hijrah / 8 Juni 632 Masehi.


*ISTERI-ISTERI RASULULLAH SAW*

💚 Khadijah Binti Khuwailid.

💚 Saudah Binti Zam'ah.

💚 Aisyah Binti Abu Bakar (anak Sayyidina Abu Bakar).

💚 Hafsah binti 'Umar (anak Sayyidina 'Umar bin Al-Khattab).

💚 Ummi Habibah Binti Abu Sufyan.

💚 Hindun Binti Umaiyah (digelar Ummi Salamah).

💚 Zainab Binti Jahsy.

💚 Maimunah Binti Harith.

💚 Safiyah Binti Huyai bin Akhtab.

💚 Zainab Binti Khuzaimah (digelar 'Ummu Al-Masakin', Ibu Orang Miskin).


*ANAK-ANAK RASULULLAH SAW*


1.💜 Qasim

2.💜 Abdullah

3.💜 Ibrahim

4.💜 Zainab

5.💜 Ruqaiyah

6.💜 Ummi Kalthum

7.💜 Fatimah Al-Zahra'


*ANAK TIRI RASULULLAH SAW*


💙 Halah bin Hind bin Habbasy bin Zurarah at-Tamimi (anak  Sayyidatina Khadijah bersama Hind bin Habbasy. Ketika berkahwin dengan Rasulullah, Khadijah adalah seorang janda).


*SAUDARA SESUSU RASULULLAH SAW*

*_IBU SUSUAN/SAUDARA SUSUAN_*

1. Thuwaibah → Hamzah

2. Abu Salamah → Abdullah bin Abdul Asad


*_SAUDARA SUSUAN_*

1. Halimah Al-Saidiyyah → Abu Sufyan bin Harith bin Abdul Muthallib

2. Abdullah bin Harith bin Abdul ' Uzza

3. Syaima ' binti Harith bin Abdul ' Uzza

4. 'Aisyah binti Harith bin abdul ' Uzza


*BAPAK DAN IBU SAUDARA RASULULLAH SAW*

( _ANAK-ANAK KEPADA ABDUL MUTHTHALIB_)

1. Al-Harith

2. Muqawwam

3. Zubair

4. Hamzah *

5. Al-Abbas *

6. Abu Talib

7. Abu Lahab (nama asalnya Abdul Uzza)

8. Abdul Ka'bah

9. Hijl

10. Dhirar

11. Umaimah

12. Al-Bidha (Ummu Hakim)

13. Atiqah ##

14. Arwa ##

15. Umaimah

16. Barrah

17. Safiyah (ibu kepada Zubair Al-Awwam) *

Ktrgn: * masuk Islam.

## Ulama berselisih pendapat tentang Islamnya.


*Sabda Rasulullah SAW:*

_"Sesiapa yang menghidupkan sunnahku, maka sesungguhnya dia telah mencintai aku_

_Dan sesiapa yang mencintai aku niscaya dia bersama-samaku di dalam syurga"_

(Riwayat Al-Sajary daripada Anas )


اللهم صلى وسلم على سيدنا محمد وعلى آله واصحابه وسلم


Nabi Muhammad SAW - Manusia agung

*KENALI NABI MUHAMMAD S.A.W. SECARA LAHIRIAH*

💓Begitu indahnya sifat fisikal / jasmani Baginda, sehinggakan seorang ulama Yahudi yang pada pertama kalinya bertemu muka dengan Baginda lantas melafazkan keislaman dan mengaku akan kebenaran apa yang disampaikan oleh Baginda.


_Di antara kata-kata apresiasi para sahabat ialah:_

💞 Aku belum pernah melihat lelaki yang segagah Rasulullah saw..

💞 Aku melihat cahaya dari lidahnya.

💞 Seandainya kamu melihat Baginda, seolah-olah kamu melihat matahari terbit.

💞 Rasulullah jauh lebih cantik dari sinaran bulan.

💞 Rasulullah umpama matahari yang bersinar.

💞 Aku belum pernah melihat lelaki setampan Rasulullah.

💞 Apabila Rasulullah berasa gembira, wajahnya bercahaya spt bulan purnama.

💞 Kali pertama memandangnya sudah pasti akan terpesona.

💞 Wajahnya tidak bulat tetapi lebih cenderung kepada bulat.

💞 Wajahnya seperti bulan purnama.

💞 Dahi baginda luas, raut kening tebal, terpisah di tengahnya.

💞 Urat darah kelihatan di antara dua kening dan nampak semakin jelas semasa marah.

💞 Mata baginda hitam dengan bulu mata yang panjang.

💞 Garis-garis merah di bahagian putih mata, luas kelopaknya, kebiruan asli di bahagian sudut.

💞 Hidungnya agak mancung, bercahaya penuh misteri, kelihatan luas sekali pertama kali melihatnya.

💞 Mulut baginda sederhana luas dan cantik.

💞 Giginya kecil dan bercahaya, indah tersusun, renggang di bahagian depan.

💞 Apabila berkata-kata, cahaya kelihatan memancar dari giginya.

💞Janggutnya penuh dan tebal menawan.

💞 Lehernya kecil dan panjang, terbentuk dengan cantik seperti arca.

💞 Warna lehernya putih seperti perak, sangat indah.

💞 Kepalanya besar tapi terlalu elok bentuknya.

💞 Rambutnya sedikit ikal.

💞 Rambutnya tebal kdg-kdg menyentuh pangkal telinga dan kdg-kdg mencecah bahu tapi disisir rapi.

💞 Rambutnya terbelah di tengah.

💞 Di tubuhnya tidak banyak rambut kecuali satu garisan rambut menganjur

dari dada ke pusat.

💞 Dadanya bidang dan selaras dgn perut. Luas bidang antara kedua bahunya lebih drpd biasa.

💞 Seimbang antara kedua bahunya.

💞 Pergelangan tangannya lebar, lebar tapak tangannya, jarinya juga besar

dan tersusun dgn cantik.

💞 Tapak tangannya bagaikan sutera yang lembut.

💞 Perut betisnya tidak lembut tetapi cantik.

💞 Kakinya berisi, tapak kakinya terlalu licin sehingga tidak melekat air.

💞 Terlalu sedikit daging di bahagian tumit kakinya.

💞 Warna kulitnya tidak putih spt kapur atau coklat tapi campuran coklat dan putih.

💞 Warna putihnya lebih banyak.

💞 Warna kulit baginda putih kemerah-merahan.

💞 Warna kulitnya putih tapi sehat.

💞 Kulitnya putih lagi bercahaya.

💞 Binaan badannya sempurna, tulang-temulangnya besar dan kokoh.

💞 Badannya tidak gemuk.

💞 Badannya tidak tinggi dan tidak pula rendah, kecil tapi berukuran sederhana lagi gagah.

💞 Perutnya tidak buncit.

💞 Badannya cenderung kepada tinggi, semasa berada di kalangan org ramai

baginda kelihatan lebih tinggi drpd mereka.

*KESIMPULANNYA* :

Nabi Muhammad sa.w adalah manusia agung yang ideal dan sebaik-baik contoh sepanjang zaman.


Baginda adalah semulia-mulia insan di dunia.

_Kirimkan kepada sahabat-sahabat muslim lainnya agar timbul kesadaran untuk mencintai Allah dan Rasul-Nya, seperti Allah dan Rasul-Nya mencintai_


*Wallahu'alam* 

Semoga bermanfaat...

Aamiin YRA

🤲🤲🤲 ❤❤📿💎🌹🌷🌻

Biografi

 SALAF DAN KESUFIANNYA YANG BERTEBARAN


By. Abdullah Barsyah


Di antara salafush shalih yang terkenal banyak berkelana ialah Yusuf bin al-Husain al-Razi (w. 304 H). Dengan kuniyah Abu Ya'qub. Ia salah satu murid Imam Ahmad bin Hanbal yang dipuji-puji ulama hadits. Dalam biografinya di Siyar A'lam al-Nubala', 14/248, al-Dzahabi menulis:


يوسف بن الحسين الرازي، الإمام العارف، شيخ الصوفية 


“Yusuf bin al-Husain al-Razi, dia imam yang 'arif (bijak bestari), dan GURU BESAR SUFI”


Disusul dengan pengakuan al-Dzahabi bahwa Yusuf bin al-Husain menimba ilmu dari Dzun Nun al-Mishri dan Imam Ahmad.  Al-Dzahabi bukan ulama pertama yang mengakui semua itu. Berikut urutan pertama di deretan Hanabilah yang bernama يوسف (Yusuf) di Thabaqat al-Hanabilah karya Ibnu Abi Ya'la, 1/481:


يوسف بن الحسين بن علي أبو يعقوب الرازي من مشايخ الصوفية... صحب ذا النون... وسمع إمامنا أحمد


“Yusuf bin al-Husain bin 'Ali, Abu Ya'qub al-Razi, termasuk 'alim pembesar sufi. Ia sahabat Dzun Nun... dan mendengar ilmu dari imam kami, Ahmad˝


Ibnu al-Jauzi al-Hanbali berkata:


سمع يوسف بن الحسين من أحمد بن حنبل وذي النون وغيرهما


“Yusuf bin al-Husain mendengar (ilmu dan hikmah) dari Ahmad bin Hanbal, Dzun Nun, dan selain mereka˝ (Shifat al-Shafwah, 2/301)


Menariknya, tak satu pun ternukil Imam Ahmad melarang muridnya belajar pada Dzun Nun si sufi masyhur. Tak ada pula catatan ulama Hanabilah yang mentahdzir, mencela, apatah lagi memvonis sesat Yusuf bin al-Husain hanya karena ia sufi. Bahkan Ibnu al-Jauzi yang dikenal cukup pedas mengkritik SEBAGIAN keyakinan dan perbuatan sufi di kitab Talbis Iblis pun tak mentahdzirnya sama sekali. Malah sebaliknya. Di Talbis Iblis halaman 105, Ibnu al-Jauzi mengambil faedah dari Yusuf bin al-Husain yang bertanya tentang ghibah pada al-Harits al-Muhasibi yang juga sufi. Di Dzam al-Hawa halaman 29, Ibnu al-Jauzi mengutip perkataanya: 'ainul hawa 'auraa' (mata hawa nafsu itu juling). Di Dzam al-Hawa bertebaran kata-kata sufi. Ini bukti kuat bahwa Ibnu al-Jauzi tak menghantam rata para sufi, dan tak pula memandang sebelah mata prinsip “ambil baiknya, buang buruknya”.


Hanabilah generasi setelahnya juga tak mau kalah menyerap hikmah darinya. Jami' al-'Ulum wa al-Hikam karya Ibnu Rajab, hal. 84 dan Madarij al-Salikin karya Ibnu Qayyim, juz 2, hal. 92, yang dirujuk Salafi dalam tazkiyah al-nafs, memuat ini:


وقال يوسف بن الحسين: أعز شيء في الدنيا الإخلاص، وكم أجتهدُ في إسقاط الرياء عن قلبي، فكأنه ينبت على لون آخر


Yusuf bin al-Husain berkata: “Yang paling berat di dunia ini adalah ikhlas, berapa banyak aku bersungguh-sungguh dalam menghilangkan riya’ dari hatiku, namun seakan-akan ia tumbuh lagi di hatiku dengan warna yang lain”


Bisa jadi melalui ilmu-ilmu tasawuf yang diamalkan Yusuf al-Razi yang menarik hati al-Hafizh Abu Bakar al-Najjad (w. 348 H), seorang muhaddits, faqih Hanbali dan mufti Iraq di masanya, untuk belajar langsung kepada guru besar sufi ini. Abu Bakar al-Najjad yang kemudian menjadi guru al-Daraquthni, al-Hakim, Ibnu Syahin, dan ulama lainnya (Tarikh Baghdad, 5/309, Siyar A'lam al-Nubala', 15/502). Statusnya shaduq kata al-Dzahabi dan riwayatnya dishahihkan oleh al-Hakim. Barangkali karena Abu Bakar al-Najjad mewarisi ilmu-ilmu tasawuf ala Yusuf al-Razi hingga ia disebut pula 'arif oleh al-Khatib al-Baghdadi dan wara' oleh Ibnu Abi Ya'la. Jadi, gurunya guru para ahli hadits itu sufi besar.


Sikap para ulama Hanabilah tersebut jauh berbeda dengan SEBAGIAN saudara-saudara kita di zaman ini yang seenaknya mentahdzir dan memvonis sesat sufi. Perkataan mereka tentang sesat dan menyesatkannya sufi terkesan menggeneralisasi. Ada pula jama'ah sosial media kalau melihat video-video amaliah yang mereka anggap “aneh”, langsung mencap itu sufi dan dilabeli sesat. Termasuk segelintir fanpage FB yang mengklaim diri sesuai al-Qur'an dan hadits, sesuai pemahaman Salaf, tapi postingannya turut serta menyebar kesalahpahaman dan kebencian terhadap kelompok lain. Lebih parah lagi bila alergi terhadap orang-orang alim hanya karena orang-orang itu mahsyur kesufiannya. Semua itu sebab kurang berguru, sempit wawasan, dan tak klarifikasi. Cukuplah kuat bertaburnya fakta di Tarikh Baghdad, Thabaqat al-Hanabilah, Dzil Thabaqat al-Hanabilah, Shifat al-Shafwah, Dzam al-Hawa, al-'Ibar fi Ghabar Man Ghabar, Siyar A'lam al-Nubala', dan al-Manhaj al-Ahmad, bahwa para ulama sangat menghormati dan mengapresiasi para sufi. Khususnya ulama Hanabilah yang menjalin tali intelektual dan kekerabatan dengan para sufi.