Kajian keempat puluh sembilan : Kitab Safinatun najah
بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.
Derajat niat sholat
درجات نية الصلاة
( فصل ) اتوى ايكى ايكو فصل سويجى
Utawi iki iku fashal suwiji
( النية ) اتوى نية
Utawi niat
( ثلاث درجات ) ايكو تلو فيرا ٢ درجات
Iku telu piro-piro derajat
( ان كانت ) سويجى ايكو لمون انا
Suwiji iku lamun ono
( الصلاة ) افا صلاة
Opo sholat
( فرضا ) انا ايكو صلاة فرض
Ono iku sholat fardhu
)وجب ) مكا واجب
Mongko wajib
( قصد الفعل ) افا نجا كاوى صلاة فرض
Opo nejo gawe sholat
( والفرضية ) لن نجا كفرضونانى صلاة فرض
Lan nejo kefardhuane sholat
( وان كانت ) لن نومر لورو ايكولمون انا افا صلاة
Lan nomer loro iku lamun ono opo sholat
( نافلة ) انا ايكو صلاة سنة
Ono iku sholat sunnat
( مؤقتة ) كغ دين وقت افا صلاة سنة
Kang den wektu opo sholat sunnat
)كراتبة ) سوراه كامبارانى كيا صلاة رواتب
Sorah gambarane koyo sholat rowatib
( او ذات سبب ) اتوا صلاة سنة كغ دوينىى سبب
Utowo sholat kang nduweni sebab
( وجب ) مكا واجب
Mongko wajib
( قصد الفعل ) افا نجا كاوىى صلاة
Opo nejo gawe sholat
( والتعيين ) لن نجا ننتوأكن صلاة
Lan nejo nentuaken sholat
( وان كانت ) لن نومر تلو ايكو لمون انا افا صلاة
Lan nomer telu iku lamun ono opo sholat
( نافلة ) انا ايكو صلاة سنة
Ono iku sholat sunnat
( مطلقة ) كغ مطلق افا صلاة سنة
Kang mutlak opo sholat sunnat
( وجب ) مكا واجب
Mongko wajib
( قصد الفعل ) افا نجا كاوىى صلاة سنة
Opo nejo gawe sholat sunnat
( فقط ) مكا حاليه بلاكا
Mongko halih beloko
( الفعل ) اتوى كغ اران اكاوى صلاة
Utawi kang aran agawe sholat
( اصلي ) ايكو فغوجاف اصلى
Iku pengucap usholli
( والتعيين ) اتوى كغ اران ننتوأكى صلاة
Utawi kang aran nentuaken sholat
( ظهرا ) ايكو فغوجاف ظهر ا
Iku pengucap dzuhron
( او عصرا ) اتوى فغوجاف عصر ا
Utowo pengucap ‘ashron
( والفرضية ) لن اتوى اران نجا كفرضونانى صلاة
Lan utawi kang aran nejo kefardhuane sholat
( فرضا ) ايكو فغوجاف فرضا
Iku pengucap fardhon
( فصل ) النية ثلاث درجات ان كانت الصلاة فرضا وجب قصد الفعل والفرضية وان كانت نافلة مؤقتة كراتبة او ذات سبب وجب قصد الفعل والتعيين وان كانت نافلة مطلقة وجب قصد الفعل فقط الفعل اصلي والتعيين ظهرا او عصرا والفرضية فرضا
Niat itu ada tiga derajat, yaitu :
1. Jika sholat yang dikerjakan adalah shalat fardhu, maka diwajibkan untuk memaksudkan, fi'il , ta’yin dan fardhiyah
2. Jika sholat yang dikerjakan adalah shalat sunnah yang memiliki waktu tertentu (seperti shalat sunnah rawatib) atau sebab tertentu, maka diwajibkan untuk memaksudkan fi'il dan ta'yin saja.
3. Jika sholat yang dikerjakan adalah shalat sunnah (muthlaq,tanpa sebab) maka diwajibkan memaksudkan fi'il saja.
Penjelasan :
a. Yang dimaksud dari fi’il adalah lafal اصلى (aku niat sholat).
b. Yang dimaksud dari ta'yin adalah seperti ظهرا (dhuhur) atau عصرا (ashar)
c. Dan yang dimaksud fardhiyah adalah lafal فرضا (wajib).
Dalam terminologi fiqih (madzhab Syafi’i), Niat adalah menyengaja melaksanakan satu hal dengan disertai menjalankan sebuah kegiatan yang ia maksud. Jika dinisbatkan pada wudhu, niat dilakukan sejak melakukan rukun fi’li yang pertama kalinya yaitu membasuh muka. Apabila untuk shalat, niat berarti harus dijalankan saat mulai takbiratul ihram.
Posisi niat berada di dalam hati. Sedangkan hukum melafalkannya melalui lisan yang berfungsi menolong hati supaya lebih ringan dan mudah terkoneksi merupakan kesunnahan. (Syekh Burhanuddin Ibrahim al-Bajuri, Hâsyiyah Ibrahim al-Bajûrî, vol: 1, hlm. 145) Berkaitan dengan derajat niat, shalat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu:
1. Pertama, adalah shalat fardlu seperti shalat dzuhur, asar, maghrib, dan seterusnya.
2. Kedua, shalat sunnah yang mempunyai waktu seperti shalat sunnah qabliyah dzuhur, tarawih, dluha. Dan
3. Ketiga , shalat sunnah yang tidak mempunyai ikatan waktu khusus, yakni berupa shalat sunnah mutlak.
Bagi orang yang ingin melakukan shalat fardlu, setidaknya ada tiga komponen niat yang harus terpenuhi dalam hati, berupa:
1. Menyengaja menjalankan kegiatan (قصد الفعل) Bagi orang yang menjalankan shalat, dalam niat, ia harus menyertakan kalimat أصلي (saya shalat) dalam hati. Ini untuk menegaskan bahwa ia sekarang sedang menjalankan ibadah shalat, bukan yang lain.
2. Menjelaskan spesifikasi ibadah yang ia jalankan (التعيين) Ta’yin atau spesifikasi ini merupakan pembeda antara shalat satu dengan yang lain. Misal, dhuhur, asar, maghrib, dan seterusnya.
3. Menjalankan fardlu Khusus untuk ibadah shalat fardlu, komponen shalat yang tak bisa ditinggal adalah menjelaskan bahwa mushalli (orang yang menjalankan shalat) benar-benar dalam rangka melaksanakan fardlu. Sehingga ia wajib menyebut kalimat fardlu (الفرض) Apabila diilustrasikan secara keseluruhan, di hati orang yang menjalankan shalat fardlu, minimal memuat untaian kalimat berikut (contoh niat shalat dhuhur): اُصَلِّى فَرْضَ الظُّهْرِ “Saya shalat fardlu dzuhur.”
Adapun melengkapi niat shalat seperti yang banyak dipakai seperti berikut ini hukumnya adalah sunnah
اُصَلِّىْ فَرْضَ الظٌّهْرِ اَرْبَعَ رَكَعَاتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ اَدَاءً للهِ تَعَالَى
Artinya: Saya shalat fardlu dzuhur empat rakaat dengan menghadap kiblat, adâ’ karena Allah Ta’ala.
Berikutnya adalah shalat sunnah yang mempunyai waktu seperti shalat sunnah qabliyah isya’, shalat dluha dan sebagainya.
Komponen niat minimal yang wajib dipenuhi pada shalat sunnah ini adalah:
1. Menyengaja menjalankan kegiatan-kegiatan sholat (قصد الفعل) .
2. Menjelaskan spesifikasi ibadah yang ia jalankan (التعيين) Jadi, orang yang shalat qabliyah dzuhur atau tarawih, misalnya, minimal terbersit di hatinya susunan kalimat:
اٌصَلِّى قَبْلِيَّةَ الظُّهْرِ، اُصَلِّىْ التَّرَاوِيْحَ
“Aku shalat qabliyah dzuhur”, “Aku shalat tarawih.”
3. Yang perlu diketahui, dalam hal ini adalah batasan standar minimal. Artinya, jika orang yang shalat menggerakkan hati dengan susunan yang lebih lengkap sebagaimana dalam contoh yang panjang di atas, tentu lebih baik. Karena hal tersebut akan mendapatkan kesunnahan yang berlipat.
Yang terakhir, shalat sunnah mutlak, yaitu shalat sunnah yang tidak terikat dengan waktu tertentu. Maka, dalam niat hanya perlu menyebut penyengajaan melaksanakan shalat saja (قصد الفعل). Sehingga, apabila ada orang ingin shalat sunnah mutlak, andai saja hatinya bergerak membaca ushalli saja, tanpa tambahan kalimat apa pun, sudah sah.
Dari keterangan di atas, dapat kita tarik kesimpulan :
Niat mempunyai standar minimal yang harus disebut secara spesifik. Adapun yang lazim digunakan masyarakat adalah niat dalam versi komplit dengan dilengkapi kesunnahan-kesunnahan lain. Wallahu a’lam.
SEMOGA BERMANFAAT AMIIINN
Sumber : mihrob sibaweh wa group
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah ruh dari blog ini, akan sangat kami hargai jika anda berkenan mencantumkan nama dan alamat email Terima kasih