Ahlan Wasahlan,Ikuti terus blog kami karena Insya Allah website ini akan kami Update tiap hari selain dapat Ilmu anda juga bisa beramal gratis dengan mngklik iklan-iklan yang ada jazaakumulloh

Tauhid

 *🦅 PDS-7 🇮🇩*

*PECINTA DUNIA SUFI*

*MARTABAT 7- ALAM*


*Kajian Tauhid Sufi*



*Inilah 9 ciri dan cara belajar kepada seorang Mursyid*


Berbahagialah orang yang disudah menemukan guru pembimbing setingkat Mursyid. Dengan itu, seseorang dapat mudah mempelajari ilmu tasawuf termasuk ilmu Tarekat, Hakekat dan Makrifat.


Namun mendapatkan guru setingkat Mursyid ini ternyata tidaklah mudah. Oleh karena itu ada baiknya memahami dulu bagaimana seorang Mursyid itu terkait arti, karakteristik dan cara untuk mendapatkan ilmu darinya.


*Pengertian Mursyid*


Bila dipahami secara mendalam, bahwa belajar ilmu tiada salahnya kepada siapapun. Orang yang belajar ilmu Allah akan menyadari dirinya bodoh dan selalu tawadhu kepada Allah dan orang lain.


Kadangkala disadari kebenaran tidaklah selalu datang kepada orang yang berpangkat atau hebat, malah didapat dari orang awam biasa. Orang yang diberikan ilmu Allah bukan pada penampilan fisik berupa pangkat kekayaan namun Ilmu Allah hanya akan bersemayam kepada hamba yang memiliki hati iman dan selalu tawakal.


*Sabda Nabi saw: Barang siapa yang dikehendaki Allah menjadi baik, maka Allah akan memberikan kecerdasan pemahaman sebaik-baiknya dalam hal agama (HR Bukhari)*


Diberikan atau tidaknya ilmu Allah kepada seseorang adalah hak Allah dan Allah yang menentukan sendiri bagaimana seseorang dapat menguasai ilmunya. Karena itu jelas ada orang yang dilebihkan atas hamba yang satu dengan lainnya terkait dengan penguasaan ilmu Allah dan disitulah Mursyid berada sebagai orang yang diberi kelebihan baik derajat dan kemuliaan terkait ilmu Allah Swt.


*Ciri dan karakteristik seorang Mursyid*


Karena itu untuk mendapatkan guru setaraf Mursyid tidaklah mudah, Allahlah yang menunjukkan sesuai kadar niat / kesungguhan dan tingkat keimanan seseorang serta ibadah yang dilakukannya. Beberapa ulama memberikan karakteristik sebagai berikut:


*1.Sederhana, tidak selalu terkenal cenderung tersembunyi*


Ulama Mursyid tidak selalu identik dengan ulama yang dikenal luas atau terkenal, malah kadang-kadang tempatnya terpencil dan posturnya sangat sederhana serta selalu tawadhu. Ada sebagian malah disembunyikan Allah. •


*2.Ucapannya pasif tidak mau benar sendiri*


Lalu kalimat yang terucap lebih banyak pasif, tidak pernah menunjuk dirinya saya atau aku apalagi mau benar sendiri semua karena Allah Swt dan ajarannya memberi kesejukan di hati.


*3.Memiliki ilmu hikmah*


Memiliki ilmu hikmah dalam artian mampu membaca ayat-ayat terkait ciptaan dan kejadian Allah yang terjadi di langit, bumi dan seisinya.


*4.Mampu mengungkap rahasia Allah*


Seorang Mursyid memiliki kemampuan mengungkap kerahasian Allah (terutama kalam Allah yang tidak beraksara dan bersuara). Dengan demikian ilmunya tidak selalu sarat periwayatan dan dalil-dalil yang panjang melainkan ringkas dan sederhana (mudah dicerna) yang semuanya merupakan kebenaran yang haq.


*5,Suluk mungkin berbeda tapi intinya mengajak dekat kepada Allah.*


Seorang Mursyid membawakan jalan/cara (suluk) kepada salik yang berbeda tidaklah selalu sama namun hakekatnya mengajak diri untuk lebih dekat kepada Allah.


*6.Sebagai pewaris Nabi*


Sebagai pewaris nabi biasanya memiliki silsilah atau keturunan kuat dan hanya diketahui diantara sesama Mursyid, sehingga ilmu ini terjamin kontinuitasnya selalu diturunkan antara mursyid yang satu dengan penerusnya dan itu dijamin tetap ada sepeninggal Nabi Saw atau hingga akhir zaman.


*7.Memiliki karomah*


Dalam masa perjuangan Mursyid setaraf aulia dan wali tidak pernah marasa takut dan gentar dengan karunia Allah berupa karomah yang dimilikinya


*Firman Allah : Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.(QS Yunus : 62)*


*8.Memiliki firasah yang tajam*


Kedekatannya kepada Allah, menjadi wajar bila seorang mursyid sebagaimana orang shaleh memiliki kemampuan dapat mengetahui beberapa hal yang tersembunyi terkait diri kita, bahkan dia akan tahu jauh sebelum kedatangan kita. Hal itu dikarenakan seorang mursyid itu memiliki firasah, mengetahui rahasia Allah yang diberikan kepadanya tentang suatu hal atau kejadian dari makhlukNya. sesuai hadist :


Dari Abu Said Al Khudri, bahwa *Rasulullah saw, bersabda: Takutlah terhadap firasah seorang mukmin, sebab ia melihat dengan cahaya Allah, kemudian membaca ayat Inna fi dzalika li ayatin lilmutawassimin (HR Tirmidzi).*


*9.Mandiri tidak bergantung kepada orang lain*


Mampu menghidupi dirinya sendiri dengan keyakinan yang kuat pada rezeki Allah sehingga tidak bergantung pada orang atau kelompok lain. Ini yang disebut Iffah, artinya dapat mencukupi dirinya dan memiliki keyakinan yang kuat akan rezeki Allah kepadanya.


*Cara belajar kepadanya*


Bila karakteristik ini ditemukan tetapkan dan niatkan untuk belajar kepadanya, niatkan untuk patuh kepadanya. Patuh adalah syarat atau adab untuk mendapatkan ilmu batin ini. Mursyid adalah orang yang dicintai Allah karena dengan mencintai orang yang dicintai Allah, maka Allah akan menyayangi kita.


Beberapa kisah kepatuhan luar biasa ditunjukkan Sunan Kalijaga, Sheik abdul Kadir Jaelani dan Imam Safi’i.


Hanya kepatuhan kepada Mursyid yang mampu melatih diri kita untuk kemudian patuh kepada Allah. Mursyidlah yang mengajarkan kita mampu membuka hijab pada diri kita dan kemampuan untuk memandang kebesaran dan keagungan Allah melalui untaian hikmah yang disampaikannya.


*Menurut kitab Khozinatul-Asror* halaman 194 disebutkan bahwa Guru Mursyid yang sah menjadi pewaris Nabi Muhammad SAW diantaranya adalah :


1.Seorang yang pintar (alim), karena yang bodoh tidak akan mampu memberi Irsyad (Petunjuk)


2.Tidak mencintai dunia dan pangkat

Baik dalam mendidik Nafsunya (Riyadlotun-Nafsi), seperti sedikit makan dan minum, serta berbicara dan banyak shalat, shadaqah serta berpuasa.


3.Mempunyai sifat dan akhlaq terpuji, seperti : sabar, syukur, tawakkal, yakin, pemurah, qanaah, pengasih, rawadhu, shiddiq, haya, wafa, wiqor dan syukur (untuk lebih jelasnya lihat kitab tersebut).


4.Dalam kitab Tanwirul Qulub karangan Syeikh Muhammad Amin Kurdi disebutkan bahwa syarat seorang Guru Mursyid Kamil itu ada 24 syarat, yang ringkasnya adalah Sirah Guru Mursyid tersebut seperti sirah (perilaku) Rasulullah SAW. Diantaranya yang 24 itu adalah:


Harus seorang yang alim dalam segala keilmuan yang dibutuhkan oleh para murid.


Harus seorang yang arif terhadap kesempurnaan kalbu dan adab-adabnya, serta mengetahui segala bencana dan penyakit nafsu serta cara menyembuhkannya.

Seorang yang lemah lembut, pemurah kepada kaum muslimin, khususnya kepada para muridnya. Apabila melihat para muridnya belum mampu untuk melawan nafsunya dan kebiasaannya yang jelak misalnya, Beliau lapang dada terhadap mereka setelah menasehatinya dan bersikap lemah lembut kepadanya sampai mereka mendapat petunjuk.


Selalu menutupi segala yang timbul dari aib yang menimpa para muridnya.

Bersih dari harta para muridnya serta tidak tamak terhadap apa-apa yang ada ditangan para muridnya

Selalu melaksanakan perintah dan menjauhi segala larangan Allah, sehingga segala perkataannya berbekas pada diri para muridnya.


Tidak banyak bergaul dengan para muridnya kecuali sekedar perlu dan selalu mengingatkan hal-hal yang baru dalam hal tarekat dan syari’ah sebagai upaya membersihkan jiwa dan agar beribadah kepada Allah dengan ibadah yang benar.


Perkataannya bersih dari berbagai kotoran hawa nafsu, senda gurau, dan dari segala yang tidak bermanfaat.


Lemah lembut dan seimbang dalam hak dirinya, sehingga kebesaran dan kehebatannya tidak mempengaruhi dirinya.


Selalu memberi petunjuk kepada para muridnya dalam hal-hal yang dapat memperbaiki keadaannya.


Itulah diantara berbagai ciri-ciri Guru Mursyid Kamil yang akan mendidik kita agar sampai kepada Allah SWT, *Berdasarkan pengalaman dirinya yang memang Beliau sudah wusul kepada Allah SWT.*


Dengan biji iman yang ditanamkan ke dalam qolbu yang telah disucikan oleh mursyid kamil mukammil dan diiringi dengan ketekunan, keistiqomahan seorang murid dalam menjalankan petunjuk mursyid, ya insya Allah akan terjadi perubahan secara simultan/alon alon tapi pasti dalam diri seorang murid menuju kemerdekaan yang hakiki yaitu bebas dari segala belenggu penghambaan/ sifat ke aku akuan perbudakan kepada dan terhadap apapun kecuali hanya kepada ALLAH.


Mursyid akan senantiasa mendoakan, membimbing, mengingatkan, mengarahkan, menata laku perjalanan murid menuju Allah yang sungguh sangat banyak tipu dayanya.


“Ingatlah, bahwa wali-wali Allah itu tidak pernah takut, juga tidak pernah susah.”


Sebagian tanda dari kewalian adalah tidak adanya rasa takut sedikit pun yang terpancar dalam dirinya, tetapi juga tidak sedikit pun merasa gelisah atau susah.


Para Wali ini pun memiliki hirarki/pemahaman spiritual yang cukup banyak, sesuai dengan tahap atau maqam dimana, mereka ditempatkan dalam Wilayah Ilahi di sana.

*Paduan antara kewalian dan kemursyidan inilah yang menjadi prasyarat bagi munculnya seorang Mursyid yang Kamil dan Mukammil di atas.*


*Dalam kitab Al-Mafaakhirul ‘Aliyah,* karya Ahmad bin Muhammad bin ‘Ayyad, ditegaskan, -- dengan mengutip ungkapan *Sulthanul Auliya’ Syekh Abul Hasan asy-Syadzily ra, -- bahwa syarat-syarat seorang Syekh atau Mursyid yang layak – minimal –ada lima:*

1. Memiliki sentuhan rasa ruhani yang jelas dan tegas.

2. Memiliki pengetahuan yang benar.

3. Memiliki cita (himmah) yang luhur.

4. Memiliki perilaku ruhani yang diridhai.

5. Memiliki matahati yang tajam untuk menunjukkan jalan Ilahi.


*Sebaliknya kemursyidan seseorang gugur manakala melakukan salah satu tindakan berikut:*

1. Bodoh terhadap ajaran agama.

2. Mengabaikan kehormatan ummat Islam.

3. Melakukan hal-hal yang tidak berguna.

4. Mengikuti selera hawa nafsu dalam segala tindakan.

5. Berakhlak buruk tanpa peduli dengan perilakunya.


Syekh Abu Madyan – ra- menyatakan, siapa pun yang mengaku dirinya mencapai tahap ruhani dalam perilakunya di hadapan Allah Swt. lalu muncul salah satu dari lima karakter di bawah ini, *maka, orang ini adalah seorang pendusta ruhani:*

1. Membiarkan dirinya dalam kemaksiatan.

2. Mempermainkan thaat kepada Allah.

3. Tamak terhadap sesama makhuk.

4. Kontra terhadap Ahlullah

5. Tidak menghormati sesama ummat Islam sebagaimana diperintahkan Allah Swt.


*Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili mengatakan, “Siapa yang menunjukkan dirimu kepada dunia, maka ia akan menghancurkan dirimu. Siapa yang menunjukkan dirimu pada amal, ia akan memayahkan dirimu. Dan barangsiapa MENUNJUKKAN dirimu kepada ALLAH Swt. maka, ia pasti menjadi penasehatmu.”*


Ibnu Athaillah as-Sakandari dalam kitab Al-Hikam mengatakan, *“Janganlah berguru pada seseorang yang yang tidak membangkitkan dirimu untuk menuju kepada Allah dan tidak pula menunjukkan wacananya kepadamu, jalan menuju Allah”.*


Kalimat ini yang paling saya sukai

*Seorang Mursyid yang hakiki, menurut Asy-Syadzili adalah seorang Mursyid yang tidak memberikan beban berat kepada para muridnya.*

Dari kalimat ini menunjukkan bahwa banyak para guru sufi yang tidak mengetahui kadar bathin para muridnya, tidak pula mengetahui masa depan kalbu para muridnya, tidak pula mengetahui rahasia Ilahi di balik nurani para ,muridnya, sehingga guru ini, dengan mudahnya ceplas ceplos dan gegabahnya memberikan amaliyah atau tugas-tugas yang kadang sangat membebani fisik dan jiwa muridnya. *Jika seperti demikian, guru ini bukanlah guru yang hakiki dalam dunia sufi.*


Jika secara khusus, karakteristik para Mursyid sedemikian rupa itu, *maka secara umum, mereka pun berpijak pada lima (5) prinsip :*

1. Taqwa kepada Allah swt. lahir dan batin.

2. Mengikuti Sunnah Nabi Saw. baik dalam ucapan maupun tindakan.

3. Berpaling dari makhluk (berkonsentrasi kepada Allah) ketika mereka datang dan pergi.

4. Ridha kepada Allah, atas anugerah-Nya, baik sedikit maupun banyak.

5. Dan kembali kepada Allah dalam suka maupun duka.


*Manifestasi Taqwa, melalaui sikap wara’ dan istiqamah.*


Perwujudan atas Ittiba’ sunnah Nabi melalui pemeliharaan dan budi pekerti yang baik.


 Sedangkan perwujudan berpaling dari makhluk melalui kesabaran dan tawakal. 


Sementara perwujudan ridha kepada Allah, melalui sikap qana’ah dan pasrah total. 


Dan perwujudan terhadap sikap kembali kepada Allah adalah dengan pujian dan rasa syukur dalam keadaan suka, dan mengembalikan kepada-Nya ketika mendapatkan bencana.


*Secara keseluruhan, prinsip yang mendasari di atas adalah:*

1) Himmah yang tinggi,

2) Menjaga kehormatan,

3) Bakti yang baik,

4) Melaksanakan prinsip utama; dan

5) Mengagungkan nikmat Allah Swt.


Dari sejumlah ilustrasi di atas, maka bagi para penempuh jalan sufi hendaknya memilih seorang Mursyid yang benar-benar memenuhi standar di atas, sehingga mampu menghantar dirinya dalam penempuhan menuju kepada Allah Swt.


Rasulullah saw. adalah teladan paling paripurna. *Ketika hendak menuju kepada Allah dalam Isra’ dan Mi’raj, Rasulullah Saw. senantiasa dibimbing oleh Malaikat Jibril as. Fungsi Jibril di sini identik dengan Mursyid di mata kaum sufi.*


Hal yang sama, *ketika Nabiyullah Musa as, yang merasa telah sampai kepada-Nya, ternyata harus diuji melalui bimbingan ruhani seorang Nabi Khidir as. Hubungan Musa dan Khidir adalah hubungan spiritual antara Murid dan Syekh.* 


Maka dalam soal-soal rasional Musa as sangat progresif, tetapi beliau tidak sehebat Khidir dalam soal batiniyah.


Pada zaman ini banyak Mursyid Tarekat yang bermunculan, dengan mudah untuk menarik simpati massa, *tetapi hakikatnya tidak memiliki standar sebagai seorang Mursyid yang wali sebagaimana di atas.* Sehingga saat ini banyak Mursyid yang tidak memiliki derajat kewalian, lalu menyebarkan ajaran tarekatnya.


Dalam banyak hal, akhirnya, proses tarekatnya banyak mengalami kendala yang luar biasa, dan akhirnya banyak yang berhenti di tengah jalan.  



  *SEMOGA BERMANFAAT*

   🙏🙏🙏

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah ruh dari blog ini, akan sangat kami hargai jika anda berkenan mencantumkan nama dan alamat email Terima kasih